Kebijakan Burden Sharing BI dan Pemerintah Berpotensi Picu Pelemahan Rupiah

Rahayu Subekti
4 September 2025, 10:20
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 69,5 poin atau 0,41 persen menjadi Rp16.891 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.
ANTARA FOTO/Fathul Habib Sholeh/sgd/Spt.
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 69,5 poin atau 0,41 persen menjadi Rp16.891 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.822 per dolar AS.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan melemah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini. Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana memproyeksikan rupiah akan terdepresiasi tipis ke level Rp 16.390 per dolar AS hingga Rp 16.490 per dolar AS.

Ia mengungkapkan ada sejumlah faktor domestik yang akan mempengaruhi pelemahan rupiah. “Salah satu faktornya akan dilakukan burden sharing Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan untuk membiayai program Asta Cita,” kata Fikri kepada Katadata.co.id, Kamis (4/9).

Seperti diketahui, BI dan pemerintah saat ini sepakat untuk menjalankan skema burden sharing atau membagi rata beban bunga dalam pembiayaan program pemerintah yaitu Perumahan Rakyat dan Koperasi Desa Merah Putih. Bank Indonesia saat ini sudah membeli Surat Berharga Negara (SBN)  hingga akhir Agustus 2025 mencapai Rp 200 triliun. Hal ini dikhawatirkan melunturkan independensi BI dalam menjaga kebijakan moneternya. 

Tak hanya itu, Fikri mengungkapkan kondisi protes masyarakat terhadap pemerintah juga masih akan mempengaruhi pergerakan rupiah. “Ada kekhawatiran masih berlanjutnya demo di dalam negeri,” ujar Fikri.

Berdasarkan data Bloomberg pagi ini, rupiah dibuka melemah pada level Rp 16.453 per dolar AS. Level ini turun 37,5 poin atau 0,23% dari penutupan sebelumnya.

Sementara itu Analis Doo Financial Futures Lukman Leong melihat rupiah masih memiliki peluang untuk menguat. Menurutnya, rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yang melemah setelah data pekerjaan AS Jolt menunjukkan lowongan kerja yang lebih rendah dari perkiraan. 

“Namun penguatan diperkirakan akan terbatas, investor masih cenderung wait and see data-data ekonomi AS dua hari ke depan,” kata Lukman.

Lukman memperkirakan rupiah akan berada di level Rp 16.350 per dolar AS hingga Rp 16.450 per dolar AS.

 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...