Rupiah Berisiko Tertekan ke Rp 16.800 per Dolar AS akibat Geopolitik di Eropa
Nilai tukar rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini. Pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menyebut hal ini dipengaruhi oleh kondisi global dan domestik.
“Kalau melihat kondisi global dan internal, arah rupiah kemungkinan ke level Rp 17.000 per dolar AS,” kata Ibrahim, Kamis (25/9).
Ibrahim menambahkan, jika rupiah bergerak ke level Rp 16.800 per dolar AS, ada kemungkinan mata uang nasional ini menembus Rp 17.000 per dolar AS pada bulan ini.
“Yang mempengaruhi ini adalah baik secara eksternal dan internal, semua mendukung pelemahan mata uang rupiah,” ujar Ibrahim.
Dari sisi eksternal, Ibrahim menyebut ketegangan geopolitik di Eropa terus memanas, menyusul kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang lebih agresif terhadap Rusia.
Sementara dari sisi domestik, munculnya penolakan tax amnesty atau pengampunan pajak juga berpengaruh, khususnya penolakan dari Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.
Menurut Ibrahim, pasar merespons negatif pernyataan Purbaya terkait penolakan pengampunan pajak.
"Kita harus melihat ke belakang, tax amnesty begitu menggembirakan dan itu merespon pasar kembali lagi masuk ke pasar modal Indonesia sehingga mata uang rupiah mengalami penguatan yang cukup signifikan,” kata Ibrahim.
Berdasarkan data Bloomberg pagi ini, rupiah dibuka melemah pada level Rp 16.750 per dolar AS, turun 66 poin atau 0,40% dari penutupan sebelumnya.
Dipengaruhi Kondisi Global dan Fiskal
Sementara itu, analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengatakan pelemahan rupiah masih akan dipengaruhi kondisi global dan kebijakan fiskal RI.
“Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang menguat menyusul data perumahan Amerika Serikat yang lebih kuat dari perkiraan,” kata Lukman.
Penjualan rumah di AS tercatat meningkat 20,5% pada Agustus 2025 menjadi 800 ribu unit, lebih tinggi dari perkiraan 650 ribu unit.
Lukman menambahkan, sentimen domestik juga menekan rupiah. “Ini karena ada kekhawatiran defisit fiskal dari kebijakan longgar atau stimulus pemerintah,” ujarnya.
Ia memperkirakan rupiah akan berada pada level Rp 16.600 per dolar AS hingga Rp 16.750 per dolar AS.
