Ekonom Ferry Latuhihin Kritik MBG: Seharusnya Cukup Rp 5 T, Bukan Rp 355 T
Pengamat ekonomi dan analis pasar modal Ferry Latuhihin mengkritik besarnya anggaran program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang mencapai ratusan triliun rupiah. Menurutnya, program tersebut seharusnya hanya membutuhkan dana sekitar Rp5 triliun per tahun.
“Dengan modal Rp5 triliun, berikan saja kepada mereka yang benar-benar membutuhkan, terutama di daerah-daerah tertinggal. Ya, Rp5 triliun setahun. Itu sudah cukup, bukan Rp370 triliun atau Rp328 triliun,” ujar Ferry dalam perbincangan dengan akademisi dan praktisi bisnis Rhenald Kasali di kanal YouTube @rhenald.kasali, Kamis (2/10).
Ferry menilai program MBG tidak tepat sasaran, terutama jika menyasar siswa di perkotaan. “Lihat saja anak-anak di SMK, di SMA, di kota-kota besar. Mereka badannya bugar-bugar, artinya tidak membutuhkan, tidak kekurangan gizi,” katanya.
Bahkan, sebagian siswa-siswi justru mengalami kelebihan gizi. “Jadi yang saya pertanyakan, kenapa yang seharusnya cuma perlu Rp5 triliun, harus sampai Rp328 atau Rp378 triliun? Itu kan jauh sekali,” ujarnya.
Diketahui, pemerintah mengalokasikan anggaran program MBG sebesar Rp355 triliun pada 2026, melonjak tajam dibandingkan tahun 2025 yang hanya Rp71 triliun.
Pelaksanaan MBG Dinilai Bermasalah
Ferry juga menyoroti pelaksanaan program MBG yang menurutnya tidak terkelola dengan baik. Ia mencontohkan kasus keracunan makanan yang terjadi di sejumlah daerah.
“Bahkan isinya ada yang cuma tempe doang. Tapi saya lebih khawatir soal sanitasi dan kebersihan. Misalnya kemarin di Lebak, nampan untuk makanannya dicuci pakai air limbah,” jelasnya.
Ia menegaskan, institusi pelaksana MBG tidak siap menjalankan program berskala besar. “Artinya, entitas bernama Badan Gizi Nasional (BGN) sama sekali tidak mengelola dengan baik. Dari sisi anggaran, ini juga pemborosan yang luar biasa,” kata Ferry.
