Shutdown Pemerintah AS Bisa Rugikan Ekonomi hingga Rp 249 Triliun per Minggu

Ferrika Lukmana Sari
3 Oktober 2025, 16:32
ekonomi
ANTARA FOTO/REUTERS/Tom Brenner/AWW/dj
gedung putih
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Penutupan sebagian pemerintahan Amerika Serikat (shutdown) yang belum jelas kapan berakhir, diperkirakan bisa memberikan dampak serius bagi perekonomian negara tersebut. Kerugian diperkirakan mencapai Rp 249 triliun per minggu.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent menilai cara ini tidak tepat untuk menyelesaikan perdebatan politik.

“Ini bukan cara berdiskusi. Menutup pemerintahan hanya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Kita bisa melihat pukulan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), pertumbuhan, dan masyarakat pekerja Amerika,” kata Bessent kepada CNBC pada Kamis (2/10).

Menurut laporan firma konsultan EY Parthenon, setiap pekan shutdown dapat memangkas pertumbuhan ekonomi AS sebesar 0,1 poin persentase di kuartal IV, atau setara kerugian sekitar US$7 miliar atau Rp 116 triliun.

Dampak utamanya berasal dari gaji pegawai federal yang tertunda, pembelian barang dan jasa pemerintah yang terhambat, hingga turunnya permintaan.

Namun analisis internal Gedung Putih menyebut dampaknya bisa lebih besar. Dewan Penasihat Ekonomi (Council of Economic Advisers/CEA) dalam memo yang diperoleh Politico memperkirakan kerugian bisa mencapai US$15 miliar atau sekitar Rp 249 triliun per minggu.

Jika shutdown berlangsung sebulan, tambahan 43 ribu orang bisa kehilangan pekerjaan, sementara konsumsi masyarakat bisa turun US$30 miliar atau Rp 497 triliun.

“Analisis CEA menunjukkan shutdown bisa menimbulkan dampak ekonomi luas: menurunkan pertumbuhan, meningkatkan pengangguran, serta mengganggu layanan sosial seperti jaminan sosial, penerbangan, dan bantuan pangan untuk ibu dan anak,” tulis memo tersebut.

EY Parthenon menambahkan, meski sebagian kerugian bisa tertutupi setelah pemerintah kembali beroperasi melalui pembayaran gaji tertunda, dampak jangka panjangnya bisa membebani pasar keuangan dan kepercayaan investor.

Shutdown juga berisiko menunda rilis data ekonomi penting, yang sangat dibutuhkan oleh Bank Sentral AS (The Fed) dan pelaku pasar untuk mengambil keputusan di tengah kondisi ketidakpastian.

Sebagai catatan, shutdown terpanjang sebelumnya terjadi pada Desember 2018 hingga Januari 2019 selama 35 hari. Saat itu, Kantor Anggaran Kongres (CBO) memperkirakan kerugiannya mencapai US$11 miliar atau sekitar Rp 182 triliun, dengan Rp 49 triliun hilang permanen dari perekonomian AS.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ferrika Lukmana Sari

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...