3 Jurus Jitu Atur Keuangan: Budgeting Cerdas, Belanja Bijak dan Utang Terkendali

Rahayu Subekti
8 Oktober 2025, 08:00
Keuangan
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.
Petugas menghitung uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Jumat (2/1/2025). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat ditutup menguat 1 poin atau 0,01 persen menjadi Rp16.197 per dolar AS didorong oleh intervensi Bank Indonesia (BI) di pasar valuta asing (valas).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Mengatur keuangan pribadi sering terasa rumit. Namun, dengan strategi yang tepat, setiap orang bisa membuat uangnya lebih terarah dan bermanfaat.

Perencana keuangan mengungkapkan ada tiga jurus utama untuk menjaga kesehatan finansial yaitu budgeting cerdas, belanja bijak, dan utang terkendali.

1. Budgeting Cerdas

Perencana keuangan Imelda Tarigan mengatakan, budgeting dan menabung harus dimulai dengan merapikan pola pikir terlebih dahulu. Gagalnya banyak orang dalam menjalankan budgeting biasanya karena pikiran belum fokus atau mudah terdistraksi oleh stimulus belanja dari luar.

“Jadi, perlu ditetapkan dulu untuk apa menata keuangan, apa tujuannya dan apa maknanya supaya bisa lebih mudah menertibkan pikiran,” ujar Imelda kepada Katadata.co.id, Selasa (7/10).

Imelda menekankan, budgeting cerdas dimulai dari menyusun prioritas dengan mengelompokkan kebutuhan dan keinginan.

“Apa yang bisa bikin produktif? Misalnya handphone untuk pegiat media digital atau laptop untuk konsultan keuangan, itu namanya kebutuhan. Jadi bukan sekadar makan dan pakaian, tapi hal-hal penting supaya produktivitas bisa dilakukan dengan baik,” katanya.

Perencana keuangan Ni Putu Desy Ratna dari Finante.id menambahkan, budgeting cerdas bukan hanya sekadar membagi gaji dengan rumus tertentu, tapi juga cara sadar mengelola uang agar setiap rupiah bekerja sesuai tujuan hidup.

Beberapa langkah smart budgeting menurut Desy:

  • Zero-based budgeting: Jangan biarkan uang menganggur. Setiap rupiah punya tugas—mulai kebutuhan harian, tabungan, hingga dana kecil seperti servis motor.
  • Trik psikologi: Pisahkan rekening untuk tujuan berbeda, gunakan metode amplop digital, atau tunda belanja dengan aturan 24 jam.
  • Review bulanan: Evaluasi penyebab kebocoran, apakah karena belanja emosional atau target yang terlalu tinggi.

“Dengan cara ini, budgeting bukan menjadi penyekat hidup, melainkan alat bantu yang membuat keuangan lebih terkontrol dan relevan dengan gaya hidup,” ujar Desy.

2. Belanja Bijak

Desy mengungkapkan, membedakan kebutuhan dan keinginan sering sulit karena keduanya sama-sama terasa penting. Namun, ada cara praktis untuk membedakannya:

  • Tes dampak langsung: Jika tanpa membeli barang itu hidup terganggu, berarti kebutuhan; jika tidak, itu keinginan.
  • Skala prioritas 1–5: Misalnya, tagihan listrik bisa bernilai 5, sedangkan baju baru yang belum mendesak hanya 1.
  • Manfaat jangka panjang: Kebutuhan memberi nilai berkelanjutan, keinginan hanya kepuasan sesaat.
  • Aturan 24 jam: Tunda pembelian non-kebutuhan sehari; dorongan impulsif biasanya akan reda.

Dengan disiplin membedakan kebutuhan dan keinginan, anggaran lebih sehat dan tidak cepat jebol.

3. Utang Terkendali

Berutang tidak selalu buruk. Bisa menjadi instrumen membangun masa depan asal dikelola dengan baik. Perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi Mike Rini mencontohkan:

“Misalnya saat mau membeli rumah. Karena harganya tinggi, kalau harus menabung dulu, harga rumah bisa semakin tidak terjangkau, sehingga orang mengambil kredit pemilikan rumah. Artinya dia berhutang untuk bisa membeli rumah.”

Agar utang tidak menjadi masalah, Rini menyebut empat pagar utama sebelum berutang:

1. Pastikan Tujuan dan Kebutuhan

Reni menekankan agar utang harus sesuai kebutuhan. Tentukan tujuan sebelum mengambil utang. “Sekarang, seringkali ditawari fasilitas pinjaman online, tinggal setuju lalu uang ditransfer. Rasanya mudah, padahal utang itu kewajiban untuk dikembalikan,” ujar Rini.

2. Hitung Kemampuan Bayar

Utang baru hanya boleh diambil jika masih mampu membayar cicilan. Batas amannya, total cicilan bulanan tidak lebih dari 30% dari penghasilan tetap.

Jika sudah punya cicilan rumah yang memakan 30% gaji, jangan tambah cicilan lain. “Selesaikan utang lama dulu sebelum menambah yang baru karena kalau sudah lebih dari sepertiga, sebenarnya sudah tidak mampu lagi punya cicilan,” ujar Rini.

 3. Pilih Sumber Pinjaman yang Tepat

Tersedia banyak pilihan pinjaman, mulai dari KPR, cicilan barang, kartu kredit, hingga paylater. Sebaiknya bandingkan terlebih dahulu sebelum memutuskan.

  • Berapa bunganya?
  • Bagaimana sistem perhitungannya? (harian, bulanan, flat, atau bunga bergulung)
  • Ada biaya tambahan? (administrasi, denda keterlambatan, penalti)
  • Apakah lembaganya legal dan terdaftar di OJK?

 “Semakin mudah pinjaman ditawarkan, biasanya biayanya semakin mahal. Jadi jangan tergiur instan,” kata Rini.

 4. Siapkan Dana Darurat

Risiko terbesar dari berutang adalah ketidakmampuan membayar cicilan saat kondisi darurat, seperti terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau sakit. Oleh karena itu, Rini menekankan, sebelum mengambil utang, pastikan memiliki dana darurat minimal tiga kali pengeluaran bulanan. “Dengan begitu, cicilan tetap bisa dibayar meski kondisi keuangan terganggu,” ujar Rini.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...