Tensi Perang Dagang AS-Cina Memanas, Bagaimana Proyeksi Rupiah Hari Ini?
Pandangan sejumlah pengamat terbelah menyikapi potensi pergerakan rupiah hari ini. Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana memprediksi rupiah masih bisa menguat meski tensi perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat (AS) meningkat.
Meski demikian, analis lain memprediksi rupiah berpotensi melemah karena dampak tensi dagang hingga pernyataan Bank Sentral AS atau The Fed.
“Saya berharap ini ada apresiasi rupiah ke level Rp 16.550 per dolar AS,” kata Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana kepada Katadata.co.id, Senin (13/10).
Dia menjelaskan, saat ini ada kekhawatiran risiko geopolitik akibat pernyataan Trump. Trump mengancam akan menerapkan tarif 100% terhadap barang yang masuk ke Negeri Abang Sam dari Cina. Sementara Cina juga tidak akan ragu membalas serangan AS jika terus memberikan tarif tinggi.
Berdasarkan data Bloomberg pagi ini, rupiah dibuka menguat pada level Rp 16.563 per dolar AS. Level ini menguat tujuh poin atau 0,04% dari penutupan sebelumnya.
Di sisi lain, Analis Doo Financial Futures Lukman Leong memprediksi masih ada peluang pelemahan rupiah. Hal ini karena rupiah mendapatkan tekanan dari arah kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat alias The Fed.
Kebijakan The Fed yang masih berhati-hati membuat dolar AS kuat dan membuat rupiah melemah. “Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang menguat, didukung oleh pernyataan hawkish pejabat The Fed Michael Barr yang menyampaikan kehati-hatian dalam menurunkan suku bunga ke depan,” kata Lukman.
Lukman memproyeksikan rupiah akan berada di level Rp 16.500 per dolar AS hingga Rp 16.600 per dolar AS.
