Pasar Belum Yakin Prospek Pertumbuhan Ekonomi RI, Rupiah Berpotensi Tertekan
Nilai tukar rupiah belum menunjukkan tanda-tanda penguatan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menilai, stagnasi rupiah mencerminkan belum pulihnya keyakinan pasar terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Rupiah tidak bergerak kemana-mana terhadap dolar AS, masih bertahan di kisaran dekat Rp 16.700, terlihat masih dalam tekanan,” kata Ariston kepada Katadata.co.id, Rabu (12/11).
Menurut Ariston, kebijakan fiskal dan moneter yang longgar belum cukup mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Kondisi ini membuat investor menilai ruang penguatan rupiah masih terbatas.
“Selama belum ada kenaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti yang diharapkan, rupiah belum akan menguat signifikan,” ujarnya.
Sementara dari sisi eksternal, penurunan ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember 2015 turut memperkuat dolar AS. Kondisi ini mempersempit peluang rupiah untuk rebound.
“Rupiah diperkirakan akan berada di kisaran level Rp 16.650 per dolar AS hingga Rp 16.730 per dolar AS,” katanya.
Berdasarkan data Bloomberg pagi ini, rupiah dibuka pada level Rp 16.715 per dolar AS. Level ini melemah 21 poin atau 0,13% dari penutupan sebelumnya.
Meski demikian, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana melihat peluang penguatan terbatas hari ini. Ia memperkirakan rupiah bisa terdepresiasi tipis menuju Rp 16.680 per dolar AS.
Salah satu faktor rupiah kemungkinan menguat adalah menurunnya risiko geopolitik seiring potensi terbukanya kembali pemerintahan AS. "(Selain itu), hasil lelang SBSN kemarin yang cukup baik, serta peluang berlanjutnya aksi beli bersih di pasar saham domestik,” katanya.
Menurut Fikri, kombinasi sentimen eksternal yang mulai stabil dan faktor domestik yang positif dapat menahan pelemahan rupiah lebih dalam.
