Pemerintah Optimistis Ekonomi Tumbuh 5,4% pada 2026, Ini Alasannya

Rahayu Subekti
29 November 2025, 06:00
Pertumbuhan ekonomi 2026,
Katadata/Fauza Syahputra
Suasana gedung bertingkat di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (4/11/2025). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2025 mencapai 5,04% secara tahunan.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis target pertumbuhan ekonomi pada 2026 5,4% bisa tercapai. Namun ekonom memperkirakan maksimal hanya 5,1%.

Tak hanya pertumbuhan ekonomi. Airlangga yakin seluruh target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN 2026, bisa tercapai.

"Hampir seluruh resiko pertumbuhan pada 2026, sudah dikelola dan diserap tahun ini," kata Airlangga dalam sambutannya di acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2025 di Gedung Bank Indonesia, Jumat (28/11) malam. 

Menurut Airlangga, proyeksi fundamental dan tren pertumbuhan ekonomi pada 2026 positif, tecermin dsri peningkatan konsumsi masyarakat. 

"Peningkatan konsumsi masyarajat menurut Mandiri Spending Index, 312 pada November ini. Ini basis angkanya dengan threshold di 300," ujar Airlangga. 

Selain itu, ada peningkatan investasi 13,7% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 1.434 triliun selama Januari - September. "Dan tentunya ke depan peran investasi Danantara akan mulai terasa," katanya. 

Indikator lainnya yakni percepatan realisasi belanja pemerintah yang mencapai Rp 1.109 triliun per 24 November.

Dari aspek moneter sepanjang 2025, Bank Indonesia sudah memotong suku bunga acuan hingga 125 basis poin (bps). "Maka BI-Rate turun menjadi 4,75%. Ini mendorong kredit usaha dan belanja," ujar Airlangga. 

Sementara itu, inflasi tercatat di level 2,86% yoy pada Oktober. Airlangga mengatakan tingkat inflasi ini terkendali dalam rentang sasaran target nasional. 

"Hal ini dipengaruhi oleh konsistensi kebijakan suku bunga BI dan dorongan insentif fiskal pemerintah dalam melakukan ekspektasi inflasi," kata Airlangga. 

Dengan indikator-indikator itu, Airlangga berharap pertumbuhan ekonomi pada 2026 akan lebih baik dari tahun ini. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada 2025 5,2%. 

Ekonom Proyeksi Ekonomi Hanya Tumbuh Maksimal 5,1% pada 2026

Meski pemerintah optimistis, Center of Reform on Economics atau CORE Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2026 hanya di kisaran 4,9% hingga 5,1%. Angka ini di bawah target pemerintah. 

"Proyeksi ini memberikan gambaran bahwa perekonomian Indonesia pada 2026 tidak akan mengalami akselerasi pertumbuhan meski relatif resilien,” kata Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal melalui laman resmi CORE Indonesia, Rabu (26/11).

Faisal mengatakan pada 2026 belum muncul sinyal optimistis akan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia menilai kondisinya bahkan mungkin lebih buruk dibandingkan tahun ini.

Di sisi lain, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2026 hanya 5%. Sementara itu, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memprediksi hanya 4,9% hingga 5%.

Indef dan LPEM FEB UI mengingatkan ekonomi Indonesia tidak akan mampu bergerak jauh dari level 5% karena dipengaruhi berbagai faktor, baik domestik maupun global.

Direktur Program Indef Eisha Rachbini mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi hanya 5% pada 2026, karena mempertimbangkan sejumlah hal. Salah satunya ketidakpastian global yang meningkat.

“Ketidakpastian global cenderung meningkat masih tinggi,” kata Eisha dalam Seminar Nasional Proyeksi Ekonomi Indonesia 2026 yang disiarkan secara daring, pekan lalu (20/11).

Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky mengungkapkan pemerintah tidak boleh mengandalkan stimulus dan subsidi untuk menggerakan ekonomi. Jika ini terus diandalkan, maka tekanan pertumbuhan ekonomi pada 2026 akan berlanjut.

Riefky menjelaskan, untuk sisa tahun ini, Indonesia harus beralih dari meluncurkan solusi sementara seperti subsidi dan stimulus fiskal. “Ini perlu dilakukan menuju penanganan permasalahan struktural dan menerapkan deregulasi besar-besaran,” kata Riefky.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...