Mempercantik Tanah Abang yang Semrawut dengan Skybridge
Tanah Abang, sebuah ikon lokasi jual-beli produk tekstil terbesar di Asia Tenggara, identik dengan kemacetan hampir setiap hari. Pedagang membeludak hingga memakan bahu jalan, menjadi momok bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Di emper jalan ini, sebagian besar dari mereka adalah pedagang kaki lima.
Pada awal Agustus 2018, Pemprov DKI membangun Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Tanah Abang. Material kerangka jembatan 80 persen dikerjakan dua pabrik: PT Nikko Steel, yang terletak di Jalan Panongan Nomor 3 dan PT Spanbentondek Admara di Jalan Raya Serang. Rangka tersebut menggunakan sistem knock down.
Skybridge ini untuk memindahkan para pedagang kaki lima agar lebih rapi. Dan pada 7 Desember kemarin, jembatan penyeberangan multiguna yang menghubungkan Stasiun Tanah Abang dengan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, resmi digunakan.
(Baca: Anggap Rencana Penataan Tanah Abang Tak Jelas, Ombudsman Panggil Anies)
Sebanyak 446 PKL di sepanjang Jalan Jati Baru diboyong ke lapak-lapak yang sudah disiapkan PD Pembangunan Sarana Jaya tersebut. Sementara 159 PKL ditempatkan di Blok F karena keterbatasan tempat. Kios di skybridge 1,5 x 2 meter dengan retribusi mulai Januari 2019 sebesar Rp 500 ribu. Harga ini lebih murah bagi pedagang mengingat biasanya mereka menyetor Rp 2 juta ke preman saat menggelar lapak di badan jalan.
Jembatan Penyeberangan Multiguna Tanah Abang terbagi dalam empat zonasi dimulai zona A, B, C, dan D dengan panjang 100 meter. Bagi para penumpang kereta commuter line yang akan melintasi skybridge disiapkan tujuh gate.
KATADATA | Ajeng Dinar Ulfiana
Tampak depan Skybrige Tanah Abang, Jakarta Pusat (17/12). Tujuan awal pembangunan Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) ini adalah memindahkan pedagang kaki lima yang biasa memenuhi badan jalan ke jembatan supaya kemacetan berkurang.
KATADATA | Ajeng Dinar Ulfiana
Tampak kios di Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Tanah Abang atau lebih biasa disebut dengan "skybridge", Jakarta Pusat (17/12). Kios tersebut berukuran sekitar 1,5 meter x 2 meter dan 159 PKL ditempatkan di Blok F karena keterbatasan tempat di skybridge
KATADATA | Ajeng Dinar Ulfiana
Seorang penjung melirik dagangan di Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Tanah Abang atau lebih biasa disebut dengan "skybridge", Jakarta Pusat (17/12). Kini Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Tanah Abang telah dibuka dalam masa uji coba sejak tanggal 7 Desember 2018 dengan menempatkan 446 PKL di masing-masing kios.
KATADATA | Ajeng Dinar Ulfiana
Suasana transaksi jual beli di Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Tanah Abang atau lebih biasa disebut dengan "skybridge" , Jakarta Pusat (17/12). keberadaan JPM membuat kawasan Tanah Abang akan semakin tertata sehingga tidak ada lagi titik kemacetan dari PKL.
KATADATA | Ajeng Dinar Ulfiana
Tampak kios di Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Tanah Abang atau lebih biasa disebut dengan "skybridge", Jakarta Pusat (17/12). Kios tersebut berukuran sekitar 1,5 meter x 2 meter dan 159 PKL ditempatkan di Blok F karena keterbatasan tempat di skybridge.
KATADATA | Ajeng Dinar Ulfiana
Tampak kawasan Tanah Abang dari Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Tanah Abang atau lebih biasa disebut dengan "skybridge", Jakarta Pusat (17/12). Secara teknis, pengerjaan proyek pembangunan JPM Tanah Abang, di bagi empat zonasi dimulai zona A, zona B, zona C dan zona D dengan panjang 100 meter.
KATADATA | Ajeng Dinar Ulfiana
Tampak pintu masuk ke Stasiun Tanah Abang , Jakarta Pusat (17/12). Material kerangka pembangunan JPM Tanah Abang sudah 80 persen dikerjakan di dua pabrik di Tangerang yaitu, PT. Nikko Steel, yang terletak di Jalan Panongan Nomor 3 dan PT. Spanbentondek Admara, yang terletak di Jalan Raya Serang. Dengan menggunakan sistem knock down.
KATADATA | Ajeng Dinar Ulfiana
Penampakan Public Toilet di Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Tanah Abang atau lebih biasa disebut dengan "skybridge", Jakarta Pusat (17/12). pembangunan Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Tanah Abang, di bagi empat zonasi dimulai zona A, zona B, zona C dan zona D dengan panjang 100 meter.
KATADATA | Ajeng Dinar Ulfiana
Tampak kios di Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Tanah Abang atau lebih biasa disebut dengan "skybridge", Jakarta Pusat (17/12). Kios tersebut berukuran sekitar 1,5 meter x 2 meter dan 159 PKL ditempatkan di Blok F karena keterbatasan tempat di skybridge
KATADATA | Ajeng Dinar Ulfiana
Tampak kios di Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Tanah Abang atau lebih biasa disebut dengan "skybridge", Jakarta Pusat (17/12). Kios tersebut berukuran sekitar 1,5 meter x 2 meter dan 159 PKL ditempatkan di Blok F karena keterbatasan tempat di skybridge
KATADATA | Ajeng Dinar Ulfiana
Terdapat dagangan berupa minuman di Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Tanah Abang atau lebih biasa disebut dengan "skybridge, Jakarta Pusat (17/12). Diakuinya kios di JPM jauh lebih kecil, namun lebih aman dari kejaran setoran preman maupun Satpol PP bila ada razia.
KATADATA | Ajeng Dinar Ulfiana
Dua orang pekerja sedang mengecat tembok di Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Tanah Abang atau lebih biasa disebut dengan "skybridge", Jakarta Pusat (17/12). Material kerangka pembangunan JPM Tanah Abang sudah 80 persen dikerjakan di dua pabrik di Tangerang yaitu, PT. Nikko Steel, yang terletak di Jalan Panongan Nomor 3 dan PT. Spanbentondek Admara, yang terletak di Jalan Raya Serang. Dengan menggunakan sistem knock down.
KATADATA | Ajeng Dinar Ulfiana
Beberapa pengguna KRL Tanah Abang melintas di Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Tanah Abang atau lebih biasa disebut dengan "skybridge", Jakarta Pusat (17/12).