Varian Baru Covid-19 Asal Inggris Sudah Menyebar ke Amerika Serikat
Pemerintah Negara Bagian Colorado, Amerika Serikat (AS), melaporkan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 dari varian B.1.1.7. Pasien yang terkonfirmasi positif telah melakukan isolasi di kota Denver, namun otoritas kesehatan Colorado mengatakan bahwa pasien tersebut tidak memiliki riwayat perjalanan.
Virus corona varian B.1.1.7 merupakan virus hasil mutasi yang pertama kali diidentifikasi di Inggris bagian selatan. Menurut Gubernur Colorado Jared Polis, otoritas kesehatan negara bagian tersebut kini tengah mengidentifikasi sumber penularan virus melalui contact tracing.
“Banyak yang kami tidak ketahui terkait varian baru Covid-19 ini. Tapi para ilmuwan di Inggris telah memperingatkan dunia bahwa virus ini jauh lebih menular. Kami berusaha untuk mencegah virus ini meyebar lebih luas pada semua tingkatan,” kata Polis, seperti dikutip Reuters, Rabu (30/12).
Analisis awal virus B.1.1.7 menunjukkan bahwa virus ini penyebab lonjakan kasus di Inggris. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa virus kin kemungkinan 70% lebih menular dibanding varian virus corona lainnya.
Sebelumnya Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS sebelumnya menduga virus ini telah masuk ke AS tanpa terdeteksi. Hal ini karena AS tidak memberlakukan larangan perjalanan dari dan menuju Inggris.
Bahkan sebelumnya pemerintah AS menyatakan tidak akan memaksaan pemeriksaan Covid-19 terhadap penumpang dari inggris. Baru pada Senin (28/12) aturan penumpang dari Inggris wajib menunjukkan bukti hasil tes negatif Covid-19 sebelum masuk AS diterapkan.
AS termasuk dari beberapa negara yang masih mengizinkan, walau dengan pembatasan, penerbangan dari Inggris. Beberapa negara lainnya, seperti dilaporkan CNN.com, yaitu Denmark, Ekuador, Yunani, Mauritania, Paraguay, Portugal, Spanyol, Trinidad dan Tobago, dan Ukraina.
Sedangkan negara yang telah menerapkan larangan perjalanan yaitu Argentina, Belgium, Bulgaria, Brasil, Kanada, Chili, Tiongkok, Kolombia, Ceko, Rep. Dominika, El Salvador, Estonia, Perancis, Jerman, Granada, Guatemala, Hong Kong, India, Iran, Israel, Italia, Jamaika, Jordan, Kuwait, Latvia.
Kemudian Lithuania, Luksemburg, Maroko, Belanda, Masedonia Utara, Oman, Pakistan, Panama, Peru, Polandia, Irlandia, Rusia, Arab Saudi, Spanyol, Swedia, Tunisia, dan Turki.
Sampai dengan Selasa (29/12), jumlah kasus Covid-19 di AS hampir menembus angka 20 juta, tepatnya 19,98 juta, bertambah 194.860 kasus dibandingkan sehari sebelumnya. Jumlah kasus aktif mencapai 7,79 juta. Sedangkan total kematian di sana mencapai 346.579 orang.
Distribusi Lambat, Vaksinasi di AS Tak Capai Target
Sementara itu perkembangan vaksinasi di negeri Paman Sam hingga dua hari sebelum pergantian tahun masih jauh di bawah target yang ditetapkan Presiden Donald Trump sebanyak 20 juta penduduk. Nyatanya vaksinasi baru dilakukan terhadap 2 juta orang.
“Proses distribusi dan pemberian vaksin tidak berjalan sesuai harapan. Dengan kecepatan vaksinasi seperti sekarang ini akan butuh tahunan, alih-alih bulanan, untuk memvaksinasi seluruh warga AS,” kata Presiden Terpilih AS Joe Biden.
Sedangkan dia menargetkan dalam 100 hari pemerintahannya akan telah memvaksinasi 100 juta warga AS, “yang artinya meningkatkan laju vaksinasi saat ini menjadi 1 juta suntikan per hari”. Namun dia menambahkan untuk mencapai target itu, kongres harus menyetujui tambahan anggarannya.
Meskipun hal tersebut dapat diwujudkan, untuk memvaksinasi seluruh warga AS tetap akan membutuhkan waktu berbulan-bulan. Oleh karena itu Biden menyatakan dia akan mengaktifkan Undang-undang Produksi Pertahanan atau ‘Defense Production Act’ yang memberi Presiden AS kekuatan untuk meningkatkan produksi vaksin demi keamanan nasional.