Freeport Belum Putuskan Kerja Sama Tsingshan untuk Smelter di Maluku
Freeport Indonesia (Freeport) menepis isu batalnya kerja sama dengan Tsingshan Steel dalam pembangunan pabrik pemurnian atau smelter tembaga di Weda Bay, Halmahera, Maluku Utara.
Kabar batalnya kerjasama Freeport dengan Tsingshan disebutkan karena berdasarkan hasil kajian, proyek smelter di Halmahera tidak lebih baik dibandingkan dengan proyek smelter di kawasan industri terintegrasi di JIIPE, Gresik, Jawa Timur, yang sudah berlangsung.
Juru bicara Freeport Indonesia Riza Pratama menegaskan bahwa diskusi kemitraan kedua belah pihak terkait proyek smelter di Halmahera hingga kini masih terus berlangsung.
Meski demikian, Riza tak membeberkan secara rinci sejauh apa diskusi telah berkembang. "Belum diputuskan, masih dibicarakan," kata dia kepada Katadata.co.id, Selasa (4/5).
Juru Bicara Menko bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Jodi Mahardi juga turut membantah kabar tersebut. Menurut dia proses diskusi antara MIND ID, PTFI dan Tsingshan masih berlangsung. Namun ia juga tak membeberkan perkembangan dari rencana kerja sama tersebut. "Coba klarifikasi ke Dirjen Minerba," ujarnya.
Katadata.co.id, pun mencoba meminta konfirmasi kepada Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin. Namun, hingga berita ini terbit, yang bersangkutan enggan merespon.
Sementara, Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Sugeng Mujiyanto tak ingin berkomentar lebih jauh mengenai polemik tersebut. Dia hanya menegaskan, jika smelter yang dibangun Freeport harus dapat selesai pada 2023. "Itu kan business to business tolong ditanya ke para pihak," kata Sugeng.
Freeport memiliki izin usaha pertambangan khusus (IUPK) sejak 2018 dengan durasi 2 x 10 tahun. Kendati demikian, ada kesepakatan dimana Freeport diberikan waktu 5 tahun sejak pemberian IUPK untuk menyelesaikan proyek smelter jika tidak akan menerima sanksi sampai berupa pencabutan IUPK.
Freeport saat ini memiliki dua opsi lokasi. Awalnya berada di Gresik, Jawa Timur. Namun, kini pemerintah juga membuka peluang membangunnya di Kawasan Industri Weda Bay, Halmahera, Maluku Utara.
Direktur Center for Indonesian Resources Strategic Studies (Cirrus) Budi Santoso sebelumnya menilai perkembangan pembangunan smelter Freeport di Gresik akan tertunda dengan berlarutnya keputusan kerja sama Freeport dengan Tsingshan. Apalagi pembangunan proyek smelter Freeport sebelumnya selalu menemui kendala.
"Kenapa kok terjadi hambatan kalau memang niat kerja sama? Apakah ada hambatan karena ada kepentingan pemerintah Amerika," ujar Budi.
Menurut dia jika memang Freeport bersungguh-sungguh dan berkomitmen dalam pembangunan smelter, seharusnya tidak ada yang rumit. Kecuali jika perusahaan asal Amerika Serikat (AS) tersebut tidak berniat membangun dan mempunyai kepentingan lain dibaliknya.