Harga Batu Bara Moncer, PTBA akan Genjot Ekspor hingga Akhir Tahun
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyatakan akan menggenjot ekspor batu bara tahun ini seiring dengan moncernya harga komoditas emas hitam di pasar internasional. Saat ini harga batu bara terus menanjak hingga mendekati US$ 180 per ton.
Direktur Pengembangan Usaha Bukit Asam, Fuad Iskandar Zulkarnain menyampaikan perusahaan tak akan melupakan komitmennya terhadap kebijakan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri atau domestic market obligations (DMO).
"Fokus kami, apalagi momentum harga baik, kami dorong ekspor, dengan tidak melupakan komitmen ke pasar domestik hingga akhir tahun," katanya dalam paparan Public Expose secara virtual, Senin (6/9).
Adapun produksi batu bara PTBA hingga semester I 2021 telah mencapai 13,3 juta ton. Angka tersebut naik 11% jika dibandingkan realisasi produksi batu bara perusahaan di tahun sebelumnya yang hanya 11,3 juta ton.
Hingga Juni 2021, porsi penjualan batu bara domestik Bukit Asam 63% dari total produksi 13,3 juta ton. Ini setara 8,4 juta ton atau sekitar 28% dari total target produksi tahun ini sebesar 30 juta ton. Artinya Bukit Asam telah memenuhi kewajiban DMO-nya dan dapat menggenjot ekspor di sisa tahun ini.
Meski demikian PTBA menargetkan porsi ekspor batu bara tahun ini hanya sebesar 47% dan sisanya 53% untuk pasar domestik. "Jadi secara bulan berjalan, masih ada sejumlah juta ton yang masih perlu kami kirim ke PLN termasuk domestik non-PLN," kata Fuad.
Simak kinerja ekspor batu bara Indonesia pada databoks berikut:
Naiknya produksi juga diikuti dengan naiknya volume penjualan. Adapun hingga semester I 2021, PTBA mencatatkan pendapatan sebesar Rp 10,3 triliun. Bahkan pada kuartal II pendapatan melesat hingga 62% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp 6,3 triliun.
"Hal ini tentu saja sangat didukung oleh harga batu bara di luar yang sangat tinggi, dengan kondisi tersebut maka kita lihat harga jual rata-rata kita di sini kita lihat pergerkannya cukup baik," ujar Direktur Keuangan Bukit Asam Farida Thamrin.
Selain itu, PTBA juga berhasil menekan cash cost perusahaan dengan hanya naik sebesar 2%. Sementara itu, perusahaan mencatatkan laba bersih hingga semester I ini mencapai Rp 1,8 triliun.