Indonesia Bidik Nilai Perdagangan dengan Korsel US$20 Miliar Tahun Ini

Andi M. Arief
22 Februari 2022, 20:43
perdagangan internasional, perdagangan, indonesia, korea selatan,
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/hp.
Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto (kiri) berbincang dengan Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi Korea Selatan Moon Sun Wook usai konferensi pers di sela pertemuan kerjasama bidang ekonomi tingkat menteri di Jakarta, Selasa (22/2/2022).

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menargetkan nilai perdagangan internasional antar Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) tahun ini mencapai US$ 20 miliar. Angka ini lebih tinggi 8,69% dari realisasi pada 2021 yang mencapai US$ 18,4 miliar.

Adapun raihan nilai perdagangan antara Indonesia dan Negeri Ginseng tahun lalu naik hampir 40% dibandingkan tahun 2020. Meskipun neraca perdagangan Indonesia terhadap Korsel masih mencatatkan defisit.

"Korea Selatan peringkat tujuh dari tujuan ekspor, dan peringkat enam dari (negara) asal impor. Perdagangan kedua negara berjalan baik dan Indonesia mendukung iklim investasi sekaligus usaha kedua negara," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Haratarto dalam Korea-Indonesia Business Forum, Selasa (22/2).

Di samping itu, Airlangga mengatakan pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2021 yang mencapai 3,7% salah satunya didorong oleh investasi dari Korsel yang mencapai US$ 1,6 miliar.

Airlangga mengatakan capaian investasi tersebut salah satunya berkat penerbitan Omnibus Law Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang mendorong realisasi investasi asal Korea Selatan yang ada di pipeline pada tahun lalu.

"Tadi dalam pertemuan dengan Menteri Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi (MoTIE) Korea Selatan Moon Sung Wook, (dia) mengapresiasi reformasi struktural yang dilakukan melalui Omnibus Law Cipta Kerja yang mendorong investasi Korea ke Indonesia dengan beberapa project yang sedang dalam pipeline," katanya.

Sejauh ini, investasi yang telah terealisasi adalah pabrik plastik hulu oleh PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) senilai US$ 4 miliar atau lebih dari Rp 60 triliun. Bentuk dari realisasi ini adalah pembangunan mesin naphta cracker atau mesin pengubah minyak mentah menjadi ethylene berkapasitas 1 juta ton per tahun.

Kapasitas produksi itu sama dengan pabrik Lotte di Amerika Serikat. Adapun konstruksi mesin dijadwalkan rampung pada paruh pertama 2025, sedangkan produksi untuk pasar komersil akan dilakukan pada semester II-2025.

Halaman:
Reporter: Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...