Bank UBS Swiss Ramal Harga Minyak Tahun Ini Sentuh US$ 125 per Barel
Harga minyak diperkirakan naik hingga menyentuh US$ 125 per barel dalam beberapa bulan mendatang. Ahli strategi bank asal Swiss, UBS, mengatakan fundamental menunjukkan harga yang lebih tinggi, kapasitas cadangan surut dan persediaan berada pada posisi terendah dalam beberapa tahun.
Dalam catatan penelitiannya, UBS menanggapi komentar Arab Saudi tentang efek bahwa OPEC+ dapat memangkas produksi kapan saja karena harga minyak tak lagi dipengaruhi oleh fundamental di pasar energi.
UBS juga mencatat adanya gangguan yang akan datang ke pasar minyak ketika larangan Eropa atas impor minyak lintas laut Rusia mulai berlaku pada bulan Desember 2022.
“Uni Eropa bermaksud untuk mengurangi ketergantungannya pada impor minyak mentah yang ditularkan melalui air Rusia pada 5 Desember dan produk olahan pada 5 Februari. Ini kemungkinan akan menyebabkan beberapa gangguan karena impor minyak Rusia ke UE berjumlah 2,8 juta barel per hari pada Juli,” kata catatan penelitian itu, seperti dilansir The National News, Jumat (26/8).
Ahli strategi UBS mengatakan penghentian pelepasan dari cadangan minyak strategis di negara-negara OECD akan berakhir dengan mengambil lebih dari 1 juta barel per hari dari pasar mulai November. “Ini akan mengarah pada pasar yang lebih ketat di akhir tahun,” tulis UBS.
Komentar mengenai potensi OPEC+ untuk memangkas produksi minyak datang dari Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman awal pekan ini. Sejak itu, harga minyak kembali naik di atas US$ 100 per barel.
Sebelum komentar tersebut, harga minyak jatuh karena pasar menimbang dampak potensi pengembalian barel Iran jika kebangkitan kesepakatan nuklir 2015 disepakati. Pasar juga telah memperhitungkan perlambatan pertumbuhan ekonomi sebagai beban bearish.
Pada hari Rabu, muncul laporan bahwa Iran telah menerima tanggapan dari Amerika Serikat mengenai kekhawatiran Teheran terkait dengan rancangan akhir kesepakatan nuklir.
Sementara itu, Reuters mengutip analis Oanda Craig Erlam yang mengatakan bahwa komentar Menteri Energi Saudi dapat membuat “peluang untuk harga minyak bergerak kembali di bawah US$ 90 dalam waktu dekat sulit didapat kecuali kesepakatan nuklir disepakati dan menguji keinginan OPEC+ untuk pemotongan produksi.”