Harga BBM Berpotensi Naik, Simak Ramalan Beragam Harga Minyak Dunia

Happy Fajrian
23 Agustus 2022, 17:03
harga minyak, harga bbm, subsidi bbm, bbm bersubsidi, subsidi energi
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Ilustrasi.

Pemerintah disebut bakal menaikkan harga BBM bersubsidi pekan ini. Pasalnya kuota BBM bersubsidi semakin menipis, sedangkan konsumsinya diduga lebih banyak dinikmati oleh kalangan mampu alih-alih masyarakat menengah kebawah yang menjadi sasaran subsidi.

Mulai pulihnya perekonomian dari dampak pandemi Covid-19 membuat konsumsi energi masyarakat meningkat. Bahkan Pertamina melaporkan konsumsi BBM harian nasional per Juli sudah melampaui level konsumsi pada masa pandemi tahun 2019.

“Rata-rata konsumsi harian BBM nasional di tahun 2022 ini sudah lebih tinggi dibandingkan konsumsi normal harian sebelum pandemi ditahun 2019,” kata Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting, dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (22/8).

Hingga Juli Pertamina telah menyalurkan 16,8 juta kilo liter (kl) Pertalite dari total kuota 23 juta kl hingga akhir tahun atau sekitar 73%. Sehingga saat ini tersisa 27% atau 6,2 juta kl yang diharap bisa memenuhi permintaan hingga Desember 2022.

Sementara untuk solar bersubdisi atau Biosolar, Pertamina sudah menyalurkan 66,4% atau 9,9 juta kl dari total kuota 14,9 juta kl. Sehingga tersisa 33,6% 5 juta kl sampai akhir tahun. Jika dirata-rata hingga Juli, konsumsi Pertalite mencapai 2,4 juta kl per bulan, sedangkan Solar 1,41 juta kl per bulan.

Dengan harga minyak yang tinggi, tingginya konsumsi BBM membuat beban subsidi dan kompensasi energi tahun ini pun diperkirakan mencapai Rp 502,4 triliun. Besaran kompensasi tersebut berdasarkan asumsi harga minyak dunia sebesar US$ 95-105 per barel.

Untuk tahun depan, pemerintah memangkas anggaran kompensasi energi hingga 57% sedangkan subsidi energi naik tipis. Anggaran tersebut berdasarkan asumsi harga minyak US$ 90 per barel serta nilai tukar rupiah yang lebih stabil.

Asumsi harga minyak ini jauh lebih tinggi dari perkiraan harga minyak pada APBN 2022 yang hanya US$ 63 per barel, serta masih lebih rendah dibandingkan asumsi harga yang direvisi pemerintah di level US$ 95-105 per barel.

Sejumlah pakar ekonomi energi menilai asumsi ICP 2023 senilai US$ 90 masih terlalu rendah mengingat harga minyak mentah dunia yang masih berfluktuasi di kisaran US$ 95 sampai US$ 100 per barel.

Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, mengatakan pemerintah terlalu berani dalam menetapkan asumsi ICP di angka US$ 90 per barel. Mamit menyebut, kondisi geopolitik dunia yang masih belum stabil akan berdampak pada masih tingginya harga komoditas energi global.

Kecenderungannya harga minyak global akan bergerak di atas US$ 90 per barel. Harga ICP pada RAPBN 2023 pun seharusnya di level US$ 95 per barel.

“Rata-rata hasil penelitian dan tolak ukur harga minyak dunia di tahun depan rata-rata di atas US$ 90 per barel. Saya kira idealnya US$ 95 per barel,” kata Mamit saat dihubungi lewat sambungan telepon pada Kamis (18/8).

Perkiraan harga ICP 2023 dilandasi oleh pandangan harga minyak dunia yang bakal mengalami penurunan. Namun, apabila asumsi harga ICP tidak terlalu jauh dari realitas harga minyak dunia, pemerintah akan lebih mudah lagi dalam mengelola keuangan, terutama di sektor energi.

“Kalau tiba-tiba naik jauh seperti tahun ini, saya pastikan akan mengalami kesulitan yang cukup besar ke depannya untuk APBN,” kata Mamit.

Tak jauh beda dengan Mamit, Direktur Eksekutif ReforMiner Komaidi Notonegoro, memperkirakan harga minyak mentah dunia di tahun depan masih tinggi akibat masih berlanjutnya ketegangan geopolitik terutama di Rusia dan Ukraina.

Selain itu, faktor pemulihan ekonomi dunia usai meredanya pandemi Covid-19 juga mendorong kenaikan harga minyak global.

Dia menjelaskan, permintaan pasokan energi akan terus meningkat seiring dengan mulai masifnya aktivitas masyarakat usai kegiatan produktif seperti logistik, transportasi, hingga industri dipaksa melandai selama kurang lebih dua tahun.

“Seperti teori pegas, kalau ditekan cukup biasanya dia kembalinya melebihi kondisi normal. Aktivitas ekonomi dan masyarakat juga umumnya demikian, Kalau tertahan cukup lama justru akan melampaui dari kondisi normal sebelum adanya pembatasan oleh pandemi ini,” ujarnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...