Harga Minyak Turun, Said Didu Sebut Harga Pertamax Harusnya Rp 10.000
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN periode 2005-2010, Muhammad Said Didu, mengkritik kebijakan harga BBM pemerintah. Menurutnya, dengan tren harga minyak yang terus turun saat ini, harga BBM harusnya bisa ikut diturunkan.
Melalui unggahan di akun Twitternya @msaid_didu, Ia menuding pemerintah telah memeras rakyat Indonesia dengan tidak menurunkan harga BBM mengikuti harga minyak dan pelemahan nilai tukar dolar AS. Ia menilai harga BBM RON 92 atau Pertamax harusnya Rp 10.000 per liter.
“Bapak Menteri ESDM, Bpk Menteri BUMN @erickthohir, dan Ibu Dirut Pertamina yth, mohon perkenan berhenti memeras rakyat dengan tidak menurunkan harga BBM padahal penurunan harga minyak dunia plus pelemahan dolar AS sudah sekitar 30% sejak BBM dinaikkan. Harusnya harga Pertamax sudah sekitar Rp 10.000,” ujarnya, dikutip Jumat (26/5).
Bapak Menteri ESDM, Bpk Menteri BUMN @erickthohir, dan Ibu Dirut Pertamina yth, mhn perkenan berhenti memeras rakyat dg tdk menurunkan harga BBM padahal penurunan harga minyak dunia plus pelemahan dollar AS sdh sktr 30 % sjk BBM dinaikkan.
Hrsnya harga pertamax sdh sktr Rp 10.000— Muhammad Said Didu (@msaid_didu) May 22, 2023
Sebagai informasi, pemerintah beberapa kali melakukan penyesuaian harga BBM sepanjang 2022 seiring dengan lonjakan harga minyak yang sempat mencapai rekor US$ 123,7 per barel untuk West Texas Intermediate (WTI) dan US$ 127,98 untuk Brent. Lonjakan harga minyak salah satunya dipicu perang Rusia dan Ukraina.
Harga BBM bersubsidi seperti Pertalite dan Biosolar naik pada awal September 2022. Di wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, harga Pertalite naik menjadi Rp 10.000 per liter dari sebelumnya Rp 7.650, sedangkan Biosolar atau solar subsidi menjadi Rp 6.800 dari sebelumnya Rp 5.150.