Soal Implementasi CCUS, SKK Migas: Tak Semua Lapangan Migas Bisa
SKK Migas menjelaskan bahwa hanya sejumlah lapangan migas tertentu yang dapat menerapkan teknologi teknologi penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon atau carbon capture, utilization and storage (CCUS).
Salah satu proyek yang paling progresif saat ini adalah Enhanced Gas Recovery (EGR) di Proyek Tangguh Train tiga milik BP yang berlokasi di Teluk Bintuni, Papua Barat. Konsep EGR yakni menginjeksikan gas CO2 yang berasal dari tiga train LNG melalui CCUS di Lapangan Ubadari pada 2026.
Direktur Eksplorasi SKK Migas, Benny Lubiantara, menuturkan inisiatif CCUS maupun Carbon Capture and Storage (CCS) merupakan upaya industri hulu migas melakukan pengurangan emisi karbon.
Kendati demikian CCUS memiliki keunggulan karena kemampuan untuk menjalankan pengurasan minyak dan gas tahap lanjut dari hasil injeksi CO2 ke lapangan migas.
"Masalahnya tidak semua reservoir migas dapat meningkat recovery factor-nya, sehingga tidak semua proyek dapat berupa CCUS, namun hanya berupa CCS," kata Benny lewat pesan singkat pada Senin (26/6).
Adapun recovery factor atau faktor perolehan adalah perbandingan jumlah minyak atau gas yang dapat diambil di dalam suatu reservoir dengan menggunakan teknologi primer, sekunder maupun teknologi pemulihan tersier seperti CCUS.
Benny melanjutkan, proyek CCUS yang sudah mencapai tahap persetujuan rencana pengembangan adalah CCUS EGR Tangguh BP. Proyek tersebut saat ini sedang memasuki tahap implementasi.
Sementara praktik injeksi karbon ke lapangan migas berupa CCS mayoritas masih dalam tahap studi kelayakan, seperti proyek instalasi CCS di Lapangan Abadi Masela dan beberapa potensi proyek CCS di wilayah Sumatera bagian Selatan.
"Indonesia memiliki banyak lapisan reservoir yang sudah habis yang tersebar di seluruh nusantara, kedepan depleted reservoir tersebut berpotensi dapat digunakan sebagai penampung karbon," ujar Benny.
Menurut Benny, potensi lainnya berasal saline aquifer, beberapa perusahaan sedang melakukan kajian terkait potensi ini.
Saline aquifer atau reservoir air bersalinitas tinggi merupakan tempat penyimpanan gas CO2 yang dianggap cukup aman. Dengan berjalannya waktu, maka gas CO2 yang larut dalam air garam akan mengalami proses mineralisasi dan pengendapan.
Hasil Studi Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi atau Lemigas menunjukkan potensi penyimpanan 10 giga ton pada saline aquifer yang terletak di West Java dan South Sumatera Basin.
"Memang diperlukan pilot untuk mengkaji lebih jauh kelayakan implementasi CCS pada depleted reservoir dan saline aquifer tersebut," ujar Benny.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan pemerintah sedang menjalankan prototipe teknologi CCUS. Pengembagan prototipe dilakukan dengan menggandeng dua perusahaan migas asal Amerika Serikat, Chevron dan ExxonMobil.
Airlangga mengatakan Indonesia memiliki sejumlah ceruk lapangan migas yang dapat digunakan sebagai media penyimpanan karbon. Dari hasil prototipe itu pemerintah menemukan potensi serapan investasi senilai US$ 50 per ton karbon dioksida (C02) dari praktik injeksi karbon ke perut bumi.
"Indonesia punya kantong menyerap karbon. The largest carbon storage yang ada. Pemerintah bikin prototipe dengan Chevron dan Exxon," kata Airlangga di Djakarta Theater pada Sabtu (24/6).