RI Terancam Jadi Net Importir Gas pada 2042 jika Produksi Tak Digenjot
SKK Migas memprediksi Indonesia menjadi net importir gas bumi pada 2042. Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf mengatakan hal tersebut bisa benar terjadi jika produksi gas dalam negeri tidak didorong dengan baik.
Untuk itu, Nanang menyampaikan pihaknya tengah berupaya untuk terus mendorong produksi gas dalam negeri dengan mencari cadangan-cadangan baru untuk dikembangkan. Dengan begitu, dia berharap bisa meningkatkan produksi domestik dan memenuhi energi Indonesia di masa yang akan datang.
“Jadi jika kita mengacu pada BP Outlook 2021, reserve to production gas Indonesia, itu dua kali lebih besar dibandingkan minyak bumi,” ujar Nanang dalam Media Briefing, di Jakarta Pusat, Rabu (23/8).
Dia menyebutkan, berdasarkan data SKK Migas gas alam mendominasi hasil kegiatan eksplorasi di Indonesia dalam satu dekade terakhir. Bahkan, lebih dari 50% sumur eksplorasi yang dibor menemukan cadangan gas baru.
Selain itu, pada 2022 success ratio mencapai 81% dan hingga semester 1 2023 success ratio mencapai 100%. Sementara 70% dari total rencana pengembangan atau plan of development (PoD) yang diajukan merupakan pengembangan lapangan gas.
“Maka dari itu, potensi gas harus segera diproduksikan sehingga kekhawatiran potensi menjadi net importir gas di 2042 tidak terjadi,” kata Nanang.
Tak hanya itu, dia mengatakan SKK migas juga berupaya terus untuk meningkatkan dan memenuhi kebutuhan gas domestik hingga mampu mendukung pencapaian target net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.
Di sisi lain, dia menyebutkan bahwa alokasi gas untuk domestik juga terus mengalami peningkatan dalam 10 tahun terakhir. Bahkan sejak 2012, porsi salur gas bagi sektor domestik lebih besar dibanding alokasi untuk ekspor.
Nanang menyebutkan, hingga Juni 2023 produksi gas nasional yang dialokasikan untuk domestik di tahun ini mencapai 3.636,82 billion British thermal unit per day (BBTUD). Sedangkan porsi gas yang diekspor mencapai 1.960,71 BBTUD.
“Pemerintah berkomitmen untuk terus memenuhi kebutuhan dalam negeri, di mana salur gas untuk domestik saat ini sudah mencapai 65%,” kata Nanang.
Dengan adanya potensi tersebut, dibutuhkan sejumlah investor besar untuk dapat mengejar target yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, guna membangun sinergi dengan para pemangku kepentingan terkait hal tersebut, SKK Migas menggelar The 4th International Convention on Indonesia Upstream Oil and Gas 2023 (ICIOG 2023).
Acara tersebut akan dilaksanakan di Nusa Dua, Bali pada 20-23 September 2023. Adapun pada tahun ini, ICIOG mengusung tema “Advancing Energy Security Through Sustainable Oil and Gas Exploration and Development”.
Nanang berharap, ICIOG 2023 bisa menjadi wadah bagi para pelaku usaha dan pemangku kepentingan di industri hulu migas untuk mengidentifikasi isu-isu yang masih menjadi tantangan dalam mempercepat pengembangan lapangan migas, sekaligus mencari solusi dan menentukan tindak lanjut atas isu-isu yang ada.