Soal Polusi Udara, Luhut: Pemerintah Berusaha Tangani Tapi Butuh Waktu

Nadya Zahira
14 September 2023, 12:58
polusi udara, luhut, kualitas udara,
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Lanskap suasana gedung diselimuti kabut polusi udara di Jakarta pada Selasa (22/8) masih buruk.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan polusi udara di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Beksi atau Jabodetabek hingga saat ini masih buruk. Dia mengatakan permasalahan tersebut memang tidak bisa diselesaikan dengan cepat.

“Permasalahan polusi udara ini kami selalu berusaha atasi, memang orang pengen cepet selesai. Tapi tidak akan secepat itu, tapi ya akan membaik, maka kami coba beberapa cara,” ujar Luhut dalam acara Seminar Nasional IKAXA 2023, di Jakarta, Kamis (14/9).

Luhut menyebutkan, cara yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi polusi udara tersebut yaitu diantaranya, modifikasi cuaca berupa water mist spraying dengan menggunakan dua pesawat oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

“Sekarang kami buat pesawat terbang itu, drone untuk mengikat polutannya. Itu yang membuat cepat, tapi itu sifatnya sementara,” ujarnya.

Selain itu, dia mengatakan upaya lain yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan melakukan uji emisi yaitu dengan memeriksa kendaraan baik mobil atau motor yang karbon emisinya tidak sesuai atau terlalu tinggi. Sehingga kendaraan tersebut dilarang melintasi jalan.

“Saya sudah bilang ke Pak Heru (Plt) Gubernur Jakarta, seluruh instansi pemerintah baik TNI, Polri, untuk semua diperiksa, tidak boleh yang jalan pake asap yang kuat, karena sekecil apapun punya pengaruh, punya kontribusi,” kata dia.

Tak hanya itu, Luhut mengatakan untuk bisa mengatasi permasalahan polusi udara juga perlu adanya upaya lain dengan penanganan lahan kritis dan sampah-sampah. Dia menyampaikan pemerintah telah menyediakan pembakaran generator sampah di setiap kecamatan sehingga sampah tidak cepat masuk ke TPAS Bantar Gebang.

Pasalnya, menurut dia, TPAS Bantar Gebang sudah sangat penuh sekali yang tingginya hampir mencapai 200 meter, sehingga menghasilkan gas metana dengan skala yang cukup besar.

Dengan begitu, bisa menciptakan partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron (mikrometer) atau disebut PM2,5 yang sangat membahayakan bagi kesehatan.

“PM2,5 ini sangat berbahaya, ada tiga hal yang disampaikan Wamenkes, satu adalah pernapasan, kedua cancer, dan ketiga jantung. Jadi terserah kalau kita semua mau sakit jantung semua, ya korbannya kita semua. Jadi saya harap kita kompak untuk mengatasi ini bersama,” ujar Luhut.

Reporter: Nadya Zahira

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...