Atasi Tumpukan Utang, Angkasa Pura I Tawarkan Pensiun Dini di 2022

Image title
13 Desember 2021, 19:40
angkasa pura
ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
Sejumlah penumpang berjalan menuju pesawat tujuan Bima di Bandara Internasional Lombok, Praya, Lombok Tengah, NTB, Jumat (8/1/2021). Menurut data PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Lombok pergerakan penumpang yang melalui bandara tersebut sepanjang tahun 2020 sebanyak 1,28 juta penumpang atau turun 55,8 persen dibandingkan dengan tahun 2019 sebanyak total 2,9 juta penumpang dimana penurunan jumlah penumpang tersebut akibat dari situasi pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia termasuk NTB.

Operator bandara PT Angkasa Pura I (AP I) tengah memperbaiki kondisi keuangan perusahaan yang memburuk karena pandemi Covid-19. Salah satu strateginya dengan menawarkan pensiun dini kepada karyawannya pada 2022.

"Pensiun dini rencana kami di 2022. Sambil secara paralel melihat perkembangan lalu lintas penerbangan di AP I. Konsepnya sudah ada tapi belum mulai diterapkan," kata Direktur Utama AP I Faik Fahmi ketika ditemui di Jakarta, Senin (13/12).

AP I juga menunda pembayaran gaji dan tunjangan karyawannya. Potensi utang perusahaan kepada karyawan dan vendor mencapai Rp 4,7 triliun. Utang itu semakin memberatkan AP I yang saat ini punya utang Rp 28 triliun kepada kreditur.

Selain menawarkan pensiun dini dan memangkas gaji, AP I berencana mendaur ulang asetnya (asset recycling) dengan menggandeng investor asing mengembangkan tiga bandara. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan nilai benadara.

Bandara yang dalam waktu dekat akan kedatangan investor yaitu Bandara Lombok Zainuddin Abdul Madjid, Nusa Tenggara Barat. Lahan yang perlu dioptimalkan pembangunannya sekitar 550 hektare. "Apalagi Mandalika akan dikembangkan menjadi destinasi untuk kegiatan semacam MotoGP," kata Faik.

Selain Lombok, bandar udara yang akan dikerjasamakan adalah Bandara Ngurah Rai, Bali. Kerja sama dilakukan setelah kondisi lalu lintas penerbangan internasional di bandara tersebut sudah normal.

Untuk itu, Faik akan menunggu hingga 2022 setelah isu terkait pandemi Covid-19 mulai mereda, sembari berharap varian Omicron tidak menimbulkan gelombang ketiga. "Tidak mungkin kami kerja sama dengan kondisi yang masih kurang bagus," katanya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...