Saatnya Indonesia Beralih dari Ekspor Komoditas

No image
Oleh
12 Agustus 2013, 00:00
No image
KATADATA | Arief Kamaludin

Apalagi, kondisi China juga banyak mengalami perubahan. Saat ini, negara tersebut tidak hanya menanggung beban anggaran, melainkan juga beban transaksi berjalan dan masalah likuiditas perbankan. Ini disebabkan oleh perlambatan ekonomi, serta transisi pertumbuhan ekonomi dari semula berbasis pada kuantitas beralih menjadi pertumbuhan berbasis kualitas. Hal ini tentunya akan membuat China akan meningkatkan pembelian barang setengah jadi atau barang jadi ketimbang bahan baku.

Mengacu pada berbagai perkembangan tersebut, Indonesia harus mengkaji ulang sumber pendapatan ekspor yang utama. Indonesia harus mulai mengalihkan sumber pendapatan negara dari sektor primer ke sekunder. Negara ini harus mulai beralih ke sektor manufaktur, produksi dan konstruksi jika ingin mempertahankan pertumbuhan ekonomi tetap tinggi.  

Sejatinya, pemerintah dan Bank Indonesia sejauh ini telah membuat sejumlah keputusan tepat meski sulit dilakukan, misalnya kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) maupun suku bunga acuan BI Rate, serta suku bunga fasilitas simpanan Bank Indonesia (FasBI). Dalam tahap ini, stablitas keuangan memang lebih penting dibanding peningkatan laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).

Kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar 33 persen akan berdampak pada inflasi jangka pendek sebesar 8 persen. Namun hal itu bersifat sementara, tak berdampak pada konsumsi perorangan yang merupakan penggerak utama perekonomian Indonesia. Di sisi lain, utang luar negeri Indonesia telah berkurang signifikan dalam kurun waktu 15 tahun terakhir. Cadangan devisa yang belakangan ini menurun masih lebih tinggi dibanding utang luar negeri dan utang jangka pendek negara. Langkah BI yang meningkatkan suku bunga FasBI sebesar 50 basis poin untuk mengatasi melemahnya mata uang rupiah.

Langkah itu membuat perekonomian Indonesia relatif aman terhadap kekhawatiran krisis ekonomi global. Saya memprediksi BI masih memiliki ruang untuk kembali menaikkan suku bunga FasBI.

Artikel ini disarikan dari paparan Eugene Leow, Ekonom DBS saat press briefing di Jakarta beberapa waktu lalu.

Halaman:
No image
Reporter: Redaksi
Editor: Arsip

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...