Dampak Besar Pembukaan Batas Internasional di Bali

Made Handijaya Dewantara
Oleh Made Handijaya Dewantara
15 Oktober 2021, 07:00
Made Handijaya Dewantara
Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata
Ratusan warga mengiringi arak-arakan bade atau menara usungan jenazah Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung saat upacara Ngaben di kawasan Sanur, Denpasar, Bali, Jumat (8/10/2021). Upacara Ngaben sebagai penghormatan terakhir terhadap mendiang Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung yakni seorang pemuka agama Hindu di Bali tersebut merupakan upacara Ngaben berskala besar pertama yang digelar selama masa pandemi COVID-19 setelah turunnya level PPKM di Bali dari level 4 berubah menjadi level 3. ANTARA FOTO/Nyoman

Citra destinasi memegang peran penting bagi kemampuan resiliensi suatu daerah dalam membuka kembali pintu pariwisata mereka di masa pandemi. Sebuah riset dari Stylos, et al. (2016) menyebutkan bahwa citra destinasi merupakan penggambaran secara holistik dari sudut pandang wisatawan yang dapat membantu manajemen destinasi dalam memprediksi intensi wisatawan untuk berkunjung kembali ke destinasi tersebut.

Seperti tampak pada grafik di bawah ini, penggambaran holistik berasal dari citra yang dibentuk secara kognitif, afektif, dan conative. Dimensi lainnya yang turut terlibat adalah kepercayaan wisatawan secara individu yang bersifat normatif. Konstruksi secara afektif, conative, dan opini personal secara normative dipandang memberikan dampak yang lebih signifikan, baik pada keinginan wisatawan untuk berkunjung maupun penggambaran citra secara holistik.

Sumber Stylos, et al. (2016)
Sumber Stylos, et al. (2016) Destination images, holistic images and personal normative beliefs: Predictors of intention to revisit a destination.

Apabila hal ini dikaitkan dengan kondisi Pulau Bali sebelum dibuka kemarin, wisatawan internasional yang hadir ke Bali lebih banyak mempersepsikan destinasi ini dari sudut pandang afektif atau normatif personal. Sebut saja bagaimana wisatawan asal Australia dan Selandia Baru yang selalu menyebut Bali sebagai rumah kedua mereka.

Lalu tengok juga persepsi wisatawan asal Tiongkok dan Jepang yang melihat Bali sebagai pemenuhan mimpi masa kecil mereka. Wisatawan-wisatawan asal Eropa juga menganggap Bali sebagai tempat yang layak untuk bekerja secara nomaden.

Berkaca dari pendapat riset Stylos, et al. (2016), pembukaan batas internasional di Bali akan bermakna kebangkitan citra destinasi pulau dewata untuk kembali bersaing dengan destinasi lainnya di benua lain yang sudah lebih dulu pulih di masa pandemi.

Hal lain yang dikhawatirkan muncul adalah kemungkinan meningkatnya kasus Covid-19 di Pulau Dewata. Hal ini wajar mengingat pandemi belum berakhir hingga saat ini. Meskipun demikian, pemerintah pusat tampaknya sudah menyiapkan sejumlah langkah preventif untuk menjawab keraguan ini.

Kewajiban wisatawan internasional untuk melakukan karantina berbiaya mandiri serta kewajiban melakukan tes PCR selama dua kali, plus kewajiban menunjukkan vaksin yang disetujui pemerintah Indonesia, akan menjadi game changer dalam pemulihan sektor pariwisata. Kapabilitas pemerintah pusat dalam memastikan kasus Covid-19 tetap rendah meskipun pintu kedatangan internasional dibuka akan bermakna secara global bahwa sektor pariwisata ternyata dapat hidup secara berdampingan dengan pandemi.

Pembukaan destinasi wisata bagi pelancong luar negeri bukanlah hal yang baru dilakukan. Amerika Serikat dan Inggris, serta beberapa negara Uni Eropa yang mempunyai tingkat vaksinasi tinggi sudah memulainya lebih dahulu.

Pemerintah lokal maupun nasional dapat meniru taktik sukses yang diterapkan oleh negara-negara tersebut. Pemerintah Indonesia menargetkan kedatangan 3,6 juta wisatawan internasional pada 2022 ke pulau Bali. Langkah ambisius ini bisa jadi terwujud apabila melihat jumlah perhelatan berskala global yang akan digelar tahun depan.

Angka ini memang masih jauh dari angka kedatangan tahun 2019 yang mencapai 6,3 juta wisatawan internasional. Akan tetapi, mengutip filsuf Tiongkok, Lao Tzu, “the journey of a thousand miles begins with one step”, memberi makna bahwa pembukaan bandara internasional akan menjadi langkah awal kebangkitan sektor wisata di Pulau Dewata.

Halaman:
Made Handijaya Dewantara
Made Handijaya Dewantara
Dosen Pariwisata Universitas Prasetiya Mulya; Ph.D. Candidate Griffith University – Australia

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...