Upaya Mengendalikan BBM Subsidi dan Masa Depan MyPertamina
Implementasi pembelian BBM jenis Pertalite dan solar bersubsisi menggunakan aplikasi MyPertamina telah dimulai sejak 1 Juli 2022. Regulasi ini dibuat untuk memastikan agar BBM yang disubsidi negara benar-benar dapat dimanfaatkan oleh mereka yang berhak, bukan untuk golongan menengah atas.
Jomplangnya konsumsi energi khususnya BBM jelas tidak mencerminkan asas keadilan. Kuota yang dialokasikan untuk masyarakat miskin ikut disikat kaum papan atas. Maka tidak heran, kuota tahunan kerap jebol sebelum perayaan tutup tahun tiba.
Padahal jelas, sebagian besar produsen mobil, terutama produksi mutakhir, sudah memberikan mengonsumsi BBM berkualitas. Pabrikan industri otomotif melalui buku panduan dan stiker yang terpampang jelas di tangki kendaraan menganjurkan untuk menggunakan BBM minimal jenis oktan 92 atau setara dengan Pertamax. Kemungkinan, para mereka mengabaikan imbauan pabrikan dengan dalih penghematan tanpa memikirkan efek jangka panjang.
Data kuota dan realisasi BBM dari Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH) Migas yang dilansir Katadata meyebutkan, penyaluran BBM bersubsidi jenis Pertalite dan solar sudah melampaui 50% dari kuota sejak awal tahun sampai 20 Juni 2022. Rinciannya, penyaluran Pertalite sudah mencapai sekitar 13,26 juta kiloliter (KL) atau 57,56% dari total kuota tahun 2022. Sedangkan penyaluran solar bersubsidi sudah mencapai sekitar 7,73 juta KL atau 51,24% dari total kuota tahun ini.
Pertamina menyebut kalangan mampu lebih banyak menikmati BBM jenis Pertalite termasuk solar subsdi. Sebanyak 60% masyarakat mampu atau yang masuk dalam golongan kaya ini mengonsumsi hampir 80% dari total konsumsi BBM bersubsidi. Sedangkan 40% masyarakat rentan dan miskin hanya mengonsumsi 20% dari total subsidi energi tersebut.
Realitas itulah mengapa MyPertamina sebagai sebuah produk teknologi menjadi sebuah rujukan dalam pengendalian konsumsi. Harapannya sederhana. Dengan aplikasi ini, potensi konsumsi oleh kaum borjuis dapat ditekan sehingga kuota tahunan tetap mencukupi atau bahkan surplus.
BBM jenis Pertalite dan Solar yang disubsidi oleh negara telah diatur dalam Peraturan Presiden No.191/ 2014 dan Surat Keputusan (SK) BPH Migas RI No. 4/p3jbt/bphmigas/kom 2020. Khusus pengguna kendaraan roda 4 yang merasa berhak menggunakan solar subsidi dan Pertalite wajib mendaftarkan kendaraan berikut data diri melalui website, subsiditepat.mypertamina.id
Selanjutnya, konsumen yang datanya tekonfirmasi dapat mendownload kode QR khusus untuk ditunjukkan kepada operator SPBU. Saat melakukan transaksi di SPBU, QR tersebut menjadi petunjuk bahwa orang itu berhak membeli produk Pertalite atau solar bersubsidi.
Pro dan Kontra
Kebijakan membeli Pertalite dan solar subsidi menggunakan MyPertamina rupanya tidak mendapat respons yang begitu baik. Di media sosial, sejumlah masyarakat menumpahkan kesan negatifnya terkait kebijakan ini. Mereka menyebut regulasi tersebut justru meyulitkan dan ribet bahkan ada yang menolak.
Setali tiga uang, MyPertamina, juga mendapatkan berbagai ulasan negatif di Google Play Store dan App Store. Aplikasi ini bahkan mendapatkan rating 1,1 dari 5. Aplikasi ini pun telah di unggah lebih dari 1 juta orang dan telah diulas oleh 163.000 lebih. Mirisnya 99.000 yang telah memberikan ulasan meninggalkan jejak bintang satu.
Rating rendah ditambah ulasan negatif bukan lantaran fitur yang kurang menarik. Tapi lebih kepada respons efek terhadap kebijakan itu.
Uji coba hari pertama kian memperkeruh situasi. Aplikasi mengalami error yang diakibatkan meningkatnya akses upload yang berefek pada server down selama beberapa saat. Errornya aplikasi dan server down kembali menjadi bulan-bulanan dan menjadi perbicangan netizen di jagat maya. Media massa ikut memblow-up hingga membentuk opini publik hingga terdengar nyaring walau bernada sumbang.
Fenomema pro dan kontra merupakan hal biasa yang sering terjadi. Lahirnya sebuah produk, sistem termasuk kebijakan, terlebih melibatkan piranti teknologi digitalisasi tak selalu berjalan mulus seperti yang diharapkan. Ini hanya persoalan mindset.
Jika flashback beberapa tahun silam, bagaimana teknologi masuk kedalam sebuah circle lalu menghasilkan riak. Di New York misalnya, pengemudi taksi konvensional menentang kehadiran Uber dengan aplikasi yang memudahkan masyarakat dalam mengakses transportasi. Hal yang serupa juga di Tanah Air, ketika hadirnya Gojek dan Grab yang kerap terlibat perselisihan dengan tukang ojek pengkolan yang lebih dulu eksis. Namun, seiring berjalannya waktu super-apps itu menjadi sebuah bagian dari kehidupan dan masyarakat semakin user friendly terhadap aplikasi.
Pola pikir yang terbelenggu oleh paradigma lama sehingga sulit untuk menerima fakta-fakta dan cara yang jauh lebih relevan sesuai perkembangan zaman. Sama seperti seruan pengendalian. Dari aspek produk memang tetap sama, yakni produk bahan bakar minyak. Namun, mekanismenya berbeda, menggunakan sistem teknologi digitalisasi bernama MyPertamina. Aplikasi yang diharapkan akan mendisrupsi cara-cara usang sehingga BBM jenis Pertalite dan solar subsidi bisa lebih tepat sasaran.
Tak kalah penting saat ini, bagaimana agar MyPertamina sebagai sebuah platform lebih berkembang kian sempurna, khususnya dari segi fitur yang dimilikinya. Terintegrasi ke dalam ekosistem digital yang menghubungkan regulator, badan usaha dan konsumen. Serta mengedepankan etika sebagai sebuah tata kelola perusahaan yang baik dengan melindungi data pengguna.
Big Data
Sebagai produk teknologi digitalisasi, MyPertamina dipastikan menghasilkan big data. Tentu ini yang menjadi penting sebagai sebuah new resources. Data di kekiniaan dianalogikan sebagai sebuah minyak mentah (crude oil). Jika minyak mentah ini diolah akan menghasilkan beragam jenis minyak bakar untuk keperluan otomotif, rumah tangga hingga industri.
Sama seperti dengan data, jika terakumulasi menjadi big data, diolah secara lengkap, akurat dan saling tekoneksi dengan data yang relevan akan menghasilkan rancangan, pemetaan juga prediksi terhadap suatu tren yang dapat digunakan sebagai sebuah strategi dalam berbisnis.
Data yang dihasilkan oleh MyPertamina dapat dibaca, dieksplorasi dan dieksploitasi oleh negara dan badan usaha dalam merancang alokasi subsidi tepat sasaran. Dari data tersebut dapat ditangkap pergerakan insight yang telah ditargetkan berdasarkan demografi.
Komponen yang didalami salah satunya adalah customer behavior. Ini merupakan komponen utama untuk mengetahui sejauh mana kebutuhan seseorang terhadap produk BBM. Jika telah ditemukan kecenderungan terhadap sesuatu maka impresi sudah didapat dibangun dengan baik kepada orang yang tepat.
Masa depan MyPertamina diharapkan menjadi sebuah platform untuk semua kalangan. Ia berfungsi sebagai barometer yang tidak hanya berfokus pada pemetaan konsumsi jenis tertentu. Juga mengarahkan konsumsi penggunanya terhadap BBM sesuai dengan kebutuhan dan standar perekonomian.
MyPertamina tentunya berupaya menjadi superapps yang memberikan layanan komunikasi dua arah. Ini akan memudahkan publik untuk berkonsultasi seputar dengan produk BBM berkualitas secara real time. Yang tak kalah pentingnya lagi, masa depan MyPertamina juga akan memberi petunjuk terkait transisi energi.
Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.