Strategi Investasi di Era yang Penuh Tantangan

Juky Mariska
Oleh Juky Mariska
17 Oktober 2023, 10:26
Juky Mariska
Katadata/Ilustrasi: Joshua Siringo-Ringo
Juky Mariska, Wealth Management Head, Bank OCBC NISP

Performa pasar saham global mengalami tekanan signifikan sepanjang September.  Indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq masing-masing melemah -3,5%, -4,8%, dan -5,81%. Keputusan bank sentral Fed pada pertemuan FOMC bulan September lalu dengan mempertahankan tingkat suku bunga di level 5,25% - 5,50% telah diantisipasi secara luas oleh investor. 

Namun, Gubernur Fed, Jerome Powell pascapertemuan tersebut menyisakan sentimen negatif yang mendalam. Dia menyatakan potensi kenaikan suku bunga satu kali lagi pada 2023 ini, dan menahan suku bunga higher for longer

Kenaikan harga minyak global ke kisaran level US$93 per barel, yang merupakan level tertinggi dalam setahun terakhir, juga turut membebani pergerakan pasar akibat ancaman inflasi yang berpotensi meningkat.

Hal ini mengakibatkan imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun meningkat ke 4,6%, level tertinggi dalam 16 tahun terakhir. Kekhawatiran investor akan kebijakan higher for longer mendorong aksi sell-off di pasar obligasi global. 

Kekhawatiran akan inflasi turut dialami pasar saham Eropa. Indeks DAX Jerman melemah 3,91% dan Eurostoxx50 melemah 3,15%. Bank sentral Eropa (ECB) di luar dugaan menaikkan suku bunga acuan ke level 4,5%. Kenaikan tingkat suku bunga dinilai akan terus membebani upaya pemulihan ekonomi yang saat ini masih tertekan. 

Pertumbuhan PDB Eropa kuartal II-2023 dilaporkan tumbuh sebesar 0,5%, lebih rendah dari periode sebelumnya di 0,6%. Sementara, pertumbuhan sektor manufaktur dan jasa dilaporkan bertahan di level kontraksi, masing-masing di level 43,5 dan 46,7.

Sementara itu di Asia, mayoritas pergerakan pasar saham juga mengalami penurunan, terlihat dari kinerja MSCI Asia Pacific ex-Japan -3,86% sepanjang bulan September. Masih tingginya ketidakpastian ekonomi Tiongkok membuat sebagian besar investor mundur dari aset berisiko. Investor masih menyoroti perkembangan sektor properti Tiongkok, sebab perusahaan properti terbesar, Evergrande, belum dapat menyelesaikan permasalahan utang yang akan jatuh tempo. 

Dari sisi fundamental, laporan data ekonomi China mulai menunjukan tanda-tanda pemulihan. Sektor manufaktur di September dilaporkan berhasil naik ke level ekspansi 50,2. Sementara tingkat output industri tumbuh 4,5% di Agustus, dan penjualan ritel tumbuh 4,6%.

Dari perekonomian domestik, Bank Indonesia sesuai dengan ekspektasi kembali mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level 5,75%. Keputusan tersebut konsisten dengan upaya bank sentral dalam menjaga tingkat inflasi tetap rendah dan terkendali dalam kisaran 3 ±1%. 

Angka surplus neraca perdagangan sebesar US$3,1 miliar, jauh lebih tinggi dari estimasi sebesar US$1,5 miliar. Begitu pula dengan tingkat keyakinan konsumen, dilaporkan sebesar 125,2, meningkat dari bulan sebelumnya di 123,5. Sementara pertumbuhan sektor manufaktur bertahan di level ekspansi 53,9.

IHSG mencatatkan penurunan sebesar -0,19% sepanjang September. Saham di sektor properti dan konsumen siklikal memimpin pelemahan, masing-masing sebesar -4,41% dan -3,98%. Pelemahan pasar saham di bulan September dibebani salah satunya dari outflow dana asing yang sepanjang 2023 telah keluar sebesar US$308 juta. 

Halaman:
Juky Mariska
Juky Mariska
Wealth Management Head

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...