Dalam soal transportasi, untuk kian menghidupkan daerah ini agar tak terisolasi, kereta cepat Hexie Hao yang berarti harmoni, juga sudah dioperasikan. Dari stasiun Urumqi, kereta cepat ini terhubung ke berbagai wilayah lain di Tiongkok.

Tak hanya itu, sebuah kereta barang yang menghubungkan Tiongkok dan Eropa juga dioperasikan dari Xinjiang. Kereta ini mengangkut barang lebih dari 2.000 perjalanan dalam sehari.

Pembangkit listrik tenaga angin di Dabancheng, Xinjiang
Pembangkit listrik tenaga angin di Dabancheng, Xinjiang (123RF.com/Giuseppe Sparta)

Dalam hal sumber daya alam, Xinjiang terbilang kaya dan tanahnya subur. Wilayah ini dikenal sebagai penghasil buah-buahan terbaik di Tiongkok. “Dari sini dihasilkan saus tomat terbaik di dunia,” kata Garibaldi yang kerap disapa dengan Boy Thohir.

Kekayaan tambangnya pun berlimpah. Wilayah ini menempati posisi lima besar provinsi dengan jumlah pertambangan terbesar di Tiongkok, yang mencapai 27 tambang. Termasuk di dalamnya batu bara dan gas.

(Baca: Xiaomi Ungkap Rencana Tambah Investasi di Indonesia)

Boy Thohir dan Wakil Gubernur Xinjiang Arken Tuniyazi
Boy Thohir dan Wakil Gubernur Xinjiang Arken Tuniyazi (Katadata/Metta Dharmasaputra)



Berkat beragam pembangunan itu, menurut Tuniyazi, ekonomi Xinjiang tumbuh lumayan cepat. Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal ketiga tahun ini mencapai 900 miliar yuan atau sekitar $128 miliar. Angka ini setara dengan setengah PDB Vietnam dan seperdelapan PDB Indonesia setahun.

Dengan capaian itu, PDB Xinjiang hingga kuartal ketiga 2019 naik 6,1%. Hal ini hususnya berkat kenaikan penghasilan penduduk desa yang mencapai 9,8%.

Perkembangan mengesankan terjadi di sektor industri pariwisatanya yang memiliki 369 daerah tujuan wisata. Pertumbuhannya yang pada 2016 masih sebesar 20%, di tahun berikutnya sudah mencapai 30% dan berlanjut menjadi 40% pada 2018 dengan jumlah turis 150 juta.

“Tahun ini, dari Januari hingga Oktober, jumlah turis bahkan telah melebihi 200 juta,” ujar Tuniyazi saat menerima rombongan Indonesia. “Ini berarti naik 62%.” Sebuah kenaikan yang fantastis.

(Baca: Catatan dari Xinjiang (2): Era Kejayaan Ekonomi Asia)

Sabuk Ekonomi Jalur Sutra

Melihat kemajuan pesat Xinjiang, Boy Thohir mengaku terkesima dan kagum. “Saya tidak membayangkan. Ini kan provinsi terujung di Tiongkok dan berbatasan dengan negara-negara lain, di tengah gurun, tapi kemajuannya luar biasa,” ujar Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia ini.

Karena itu, ia akan mengajak para pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) untuk berkunjung ke wilayah ini. “Kita patut, seperti juga Islam mengajarkan, tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina,” katanya. “Kita bisa belajar dari mereka, dan mereka pun bisa investasi di negeri kita.”

Kemakmuran Xinjiang, bisa jadi akan menandai kembalinya kejayaan jalur perdagangan di kawasan itu. Apalagi dalam beberapa tahun terakhir, Jalur Sutra kembali mengemuka. Jalur ekonomi ini kini dikenal dengan sebutan Satu Sabuk Satu Jalan alias One Belt One Road (OBOR).

Inisiatif ini diusung oleh pemimpin tertinggi Tiongkok Xi Jinping. Fokusnya pada konektivitas dan kerja sama antar negara di kawasan Eurasia. Melalui inisiatif ini, Tiongkok hendak memainkan peran lebih besar melalui sebuah jaringan perdagangan yang dipimpinnya.

Terdapat dua jalur yang digunakan, yakni Sabuk Ekonomi Jalur Sutra yang berbasis daratan dan Jalur Sutra Maritim yang lintas samudera. Inisiatif ini diungkapkan pada 2013 dan dipromosikan oleh Perdana Menteri Li Keqiang selama kunjungan kenegaraan ke Asia dan Eropa.

Jokowi di Tiongkok
Presiden Joko Widodo bersalaman dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di KTT  One Belt One Road. (ANTARA FOTO/Bayu Prasetyo)

OBOR yang kemudian berganti nama menjadi Belt and Road Initiative ini menghubungkan Tiongkok dengan Asia Tenggara, Asia Selatan dan Samudera Hindia. Hal ini dilakukan demi memperluas wilayah perdagangannya.

Dalam hal ini, proyek OBOR akan mengembangkan koridor ekonomi Tiongkok-Indocina dengan memanfaatkan rute transportasi internasional, yang bergantung pada kota-kota utama di sepanjang rute OBOR, termasuk di Indonesia.

“Cina dan Indonesia memiliki hubungan yang erat,” kata Tuniyazi. “Presiden Cina telah dikunjungi oleh Presiden Jokowi. Atas undangan pemerintah Indonesia, Wakil Presiden Cina pun telah berkunjung ke Indonesia saat pelantikan beliau (sebagai Presiden). Cina dan Indonesia adalah sahabat dan mitra yang baik.”

(Baca: Catatan dari Xinjiang (3): Di antara Turisme dan Terorisme)

Halaman:
Editor: Redaksi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement