Sumber Katadata di kalangan perbankan membisikkan, kebanyakan rencana PHK karyawan bank itu tidak bisa dilepaskan dari perlambatan ekonomi di dalam dan luar negeri, serta kebijakan global dari kantor pusat masing-masing bank. Karena itu, kebanyakan bank yang disebut-sebut akan melakukan PHK adalah bank asing atau bank global yang membuka kantor cabangnya di Indonesia.

Berdasarkan catatan Katadata, saat ini memang ada beberapa bank asing yang tengah memangkas operasional dan karyawannya di berbagai negara. Seperti dilansir Bloomberg, pekan lalu, seorang sumber menyatakan Barclays Plc. memutuskan merumahkan 150 karyawannya di Dubai, Uni Emirat Arab, lantaran program restrukturisasi unit bank korporasinya di sana. Sebelumnya, Chief Executive Officer Barclays Jes Staley menyatakan akan memberhentikan 1.200 karyawan di seluruh dunia. Selain itu, bank asal Inggris ini akan menutup operasional unit sekuritasnya di Asia.

Kebijakan serupa juga diambil Standard Chartered Plc dan HSBC Holdings Plc. Akhir tahun lalu, Standard Chartered memberhentikan sekitar 100 karyawannya. Sedangkan HSBC memecat sekitar 150 karyawan di unit ritel dan komersial di Uni Emirat Arab. Kebijakan itu merupakan salah satu jalan keluar yang ditempuh akibat penurunan pendapatan bank-bank tersebut. Agar lebih efisien, mereka fokus pada unit atau lini bisnis yang menguntungkan.

(Baca: Selain Chevron, Dirjen Migas: Belum Ada PHK Kontraktor Besar)

Fenomena tersebut juga merembet ke Indonesia. Sumber Katadata menyatakan, bank-bank di Indonesia yang selama ini mengandalkan kredit konsumsi tengah terpukul oleh kondisi penurunan daya beli masyarakat dan perlambatan ekonomi. Apalagi, kalau bank tersebut cuma mengandalkan pendapatan dari kredit konsumsi atau kredit ritel.   

Namun, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK)  Muliaman D. Hadad mengatakan, sampai saat ini belum mendapatkan laporan adanya PHK oleh bank yang beroperasi di Indonesia. "Belum ada secara resmi yang kami terima kabarnya," katanya, Jumat dua pekan lalu (29/1). Sebelumnya, sejak September tahun lalu, dia mengaku telah mendengar adanya PHK di sektor perbankan. Namun, kabar itu ternyata tidak valid. "Ini sudah pernah (terdengar) sebelumnya namun memang belum pernah ada (perbankan) yang melaporkan kepada OJK.”

Dalam kesempatan terpisah, anggota Dewan Komisioner OJK Nelson Tampubolon juga menegaskan, kondisi bank di Indonesia, khususnya bank-bank yang disebut melakukan PHK, saat ini dalam kondisi baik. Kalau melakukan PHK, bank harus mengantongi izin dari OJK sebagai pengawas bank.

Menurut Nelson, OJK selalu berdialog dengan semua bank mengenai kondisi operasionalnya masing-masing. “Kondisi semua bank tersebut baik-baik,” katanya kepada Katadata, Jumat pekan lalu (5/2). Bahkan, belum tentu bank-bank asing yang melakukan efisiensi besar-besaran di negara lain, akan melakukan langkah serupa di Indonesia. Pasalnya, margin keuntungan bank di Indonesia masih tinggi sehingga menjanjikan keuntungan yang besar.

Optimisme itu bisa merujuk dari pernyataan Head of (RBWM) HSBC Indonesia Blake Hellam. Alih-alih PHK, dia mengaku HSBC berencana menambah karyawannya seiring dengan integrasi HSBC Indonesia dan Bank Ekonomi. Di unit bisnis retail dan wealth management misalnya, HSBC Indonesia memiliki 1.500 pegawai. Sedangkan Bank Ekonomi memiliki 1.200 pegawai. Kalau dua bank itu sudah resmi bergabung maka jumlah karyawannya akan otomatis bertambah. "Bahkan akan bertambah bisa mencapai 3.000 pegawai," katanya.

Hellam mengakui, sekarang merupakan saat yang cukup sulit bagi perbankan lantaran situasi di seluruh dunia penuh ketidakpastian. Namun, khusus untuk Indonesia, HSBC masih menargetkan pertumbuhan yang menjanjikan. "Menjadi tantangan tapi kami masih menargetkan pertumbuhan di Indonesia," katanya.

Halaman:
Reporter: Maria Yuniar Ardhiati, Desy Setyowati, Ameidyo Daud Nasution
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement