Iming-iming pendapatan sebesar itu pula yang membuat tukang ojek pangkalan cemburu. Maradona memberitahu, tidak sedikit pengemudi Go-Jek yang menjadi sasaran kekerasan apabila menjemput pelanggan di wilayah-wilayah tertentu.

?Saya sampai hafal lokasi (rawan) di mana saja, mulai dari Kalibata City, Stasiun Manggarai, Kampus UI Depok, Saharjo. Bahkan di Kalibata itu sudah ada enam driver Go-jek dipukuli,? ujarnya.

Salah seorang tukang ojek yang mangkal di kawasan Apartemen Kalibata City mengakui, beberapa kali pernah menegur pengemudi Go-Jek yang melintas di kawasan itu. Namun, tukang ojek yang tak mau menyebutkan namanya itu, mengaku tidak pernah terjadi pemukulan terhadap pengemudi Go-Jek.

Tukang ojek itu juga mengaku pernah diajak untuk bergabung menjadi mitra Go-Jek, namun dirinya menolak lantaran dirinya cukup puas dengan jumlah pelanggan dan penghasilan hariannya yang berkisar antara Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu per hari.

?Lagian dia (Go-jek) kan ujung-ujungnya ambil duit si tukang ojeknya,? ujarnya merujuk pada sistem bagi hasil Go-jek.

Lepas dari persoalan ini, bagi pelanggan model bisnis yang ditawarkan Go-Jek telah memberikan keuntungan bagi tiga pihak yakni tukang ojek, perantara, dan pelanggan. Feby, seorang pegawai swasta, mengatakan aplikasi Go-Jek membuat mobilitasnya menjadi lebih cepat dan relatif lebih murah ketimbang menggunakan ojek pangkalan.

?Dari Senayan hingga jalan Abdul Muis, saya bisa cuma bayar Rp 28 ribu, kalau ojek pangkalan pasti nembak minimal Rp 40 ribu. Cepat pula datangnya,? kata pria yang telah beberapa kali menggunakan layanan Go-Jek kepada Katadata.

Halaman:
Reporter: Ameidyo Daud Nasution
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement