Dalam kesempatan ini, Adrianus meluruskan anggapan bahwa paket-paket ini ditebar karena ada kebijakan Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Gubernur Anies Baswedan sempat melarang masyarakat untuk isolasi mandiri di rumah dan menyarankan karantina di rumah sakit atau fasilitas-fasilitas yang telah ditunjuk. Hal itu bisa terlihat dari iklan yang sudah beredar jauh sebelum Anies mengeluarkan kebijakan.

Lipsus Properti 2
Fasilitas ruang karantina di Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi, Jl. Kamal Raya, Cengkareng, Kota Jakarta Barat, Jumat (18/9/2020). (Adi Maulana Ibrahim | Katadata)

Meski telah menyediakan berbagai fasilitas tersebut, termasuk 21 kamar untuk isolasi mandiri, Tzu Chi bukanlah rumah sakit rujukan Covid-19. “Jangan salah persepsi. Kami menolong orang dari berbagai jenis penyakit harus tuntas, sesuai dengan visi misi pendiri kami. Fasilitas-fasilitas itu disediakan secara bertahap seiring berjalannya waktu,” kata juru bicara Rumah Sakit Tzu Chi dr. Toto Suryana kepada Katadata.co.id.

Pihak rumah sakit tidak dapat memilih pasien yang datang. Karena itu, bisa saja terjadi bila ada pasien tanpa gejala atau dengan gejala ringan datang melalui jalur umum dan setelah melalui serangkaian tes dinyatakan positif Covid-19.

Ketika mendapatkan pasien yang positif Covid-19, saat itulah Tzu Chi menyiapkan ruangan isolasi khusus sementara sebelum dirujuk ke rumah sakit lain. Karena itu, awalnya ruang isolasi sementara hanya tersedia empat tempat tidur. Namun karena pasien terus berdatangan dan sebagian dikonfirmasi positif Covid-19, kapasitasnya ditambah menjadi delapan.

Pasien positif dengan gejala ringan akan dirawat di ruang isolasi sementara hingga dapat dipindahkan ke rumah sakit acuan. Sedangkan untuk pasien dengan gejala berat, menurut Toto, pihaknya belum pernah mendapati pasien seperti itu.

Misi Berbeda Staysolation Rumah Sakit Pelni

Kondisi yang berbeda dijalankan Rumah Sakit Pelni. Sebagai salah satu rumah sakit rujukan Covid-19, kapasitas ruang perawatan dan isolasi menjadi kendala berarti. Oleh karena itu, anak usaha PT Pelni ini mengakalinya dengan menjalin kerja sama dengan hotel dan beberapa safe house.

“Karena kapasitas terbatas, kami berusaha untuk bekerja sama dengan beberapa safe house. Misalnya ada perusahaan atau BUMN yang punya wisma, kami ajak kerja sama, atau dengan hotel,” kata Direktur pengembangan layanan RS Pelni dr Didid Winnetouw.

Pemilihan hotel atau safe house sebagai staysolation ini ditentukan oleh pihak RS Pelni, bukan pasien. Sebab, pemilihan lokasi isolasi sangat tergantung pada hasil screening awal. Jika pasien memiliki risiko tinggi atau gejala sedang hingga berat, mereka tidak bisa isolasi mandiri menggunakan program ini, melainkan dirawat di rumah sakit. Jika ruangannya tidak tersedia, RS Pelni akan mengarahkan ke rumah sakit rujukan Covid-19 lainnya.

 

 

Adapun orang tanpa gejala atau OTG yang telah dikonfirmasi positif dapat isolasi sendiri dalam satu ruangan di hotel atau safe house lainnya. Syarat lainnya yaitu harus bisa melakukan aktivitas harian sendiri.

Sedangkan orang dalam pengawasan (ODP) yang belum dikonfirmasi statusnya dapat isolasi lebih dari satu orang dalam satu ruangan di safe house. Baik OTG maupun ODP akan mendapat pengawasan dari tenaga medis RS Pelni.

Selama di staysolation, pasien akan mendapatkan serangkaian layanan yang telah dirancang khusus paket pengawasan dan pengobatan dan layanan pemeriksaan tes PCR. Menurut Didid, peminat program ini sangat tinggi. Saat ini RS Pelni menerima pendaftaran dokumen screening hingga 80 orang per hari.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement