Model bisnis yang dilakoni oleh Tasya dan Pasya lebih bersifat jangka pendek, memanfaatkan tren yang tengah berkembang untuk meraih keuntungan dalam waktu singkat. Keuntungan yang didapat kemudian dialokasikan kembali untuk membeli tanaman baru lalu dijual lagi.

“Insya Allah kalau lancar akan dilanjutin terus (bisnisnya), yang penting usaha dulu. Untuk saat ini penjualan masih via medsos karena lebih efisien. Kalau ada modal lebih lagi ada keinginan untuk buka toko,” kata mahasiswi 20 tahun ini.

Tanaman Hias Janda Bolong Varigata
Pegiat tanaman hias Destira, menunjukkan tanaman monstera adansonii dengan mutasi pada warna daun (varigata) di kawasan Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten, Kamis (1/10/2020). (ANTARA FOTO/Fanny Octavianus/pras.)

Potensi dan Risiko Bisnis Berbasis Hobi

Menurut perencana keuangan yang juga pendiri Finansia Consulting, Eko Endarto, bisnis yang berdasarkan hobi menawarkan keuntungan yang tidak terbatas. Sebab, kecenderungan orang dalam memenuhi hobinya sering kali tidak memiliki batasan dalam membelanjakan uangnya.

“Biasanya orang tidak berpikir batasan berapa dia mengeluarkan uang. Bisnis di tanaman hias, barang koleksi, atau bisnis apapun yang berdasarkan hobi potensi keuntungannya bisa tidak terbatas,” kata Eko kepada Katadata.co.id. Syaratnya, dia melanjutkan, bisa masuk ke pasar yang tepat dan mengetahuinya dengan baik. “Tapi risikonya juga besar kalau tidak bisa masuk ke pasarnya.”

Komunitas menjadi solusi ketika hobi yang tengah digemari trennya berubah di masa mendatang. Eko mencontohkan tren batu cincin beberapa tahun silam. Bagi penghobi dan penjual yang telah tergabung dalam komunitas, pada dasarnya permintaan batu akik sampai sekarang masih ada.

“Mereka yang tidak tergabung dengan komunitasnya, akhirnya tidak tahu kalau sudah mengambil barang dengan harga terlalu tinggi,” ujarnya. “Ketika tren turun, mereka tidak bisa menjualnya lagi karena tidak masuk ke komunitasnya.”

Peningkatan Penjualan Tamanan Hias
Penjualan berbagai jenis tanaman hias melonjak sekitar 50 persen karena meningkatnya minat masyarakat untuk bercocok tanam dalam mengisi waktu di rumah selama masa pandemi corona. (Adi Maulana Ibrahim|Katadata)

Yang pasti, bisnis berbasis hobi akan sangat menyenangkan dilakoni. Sehingga keuntungan bisa jadi tidak menjadi prioritas pertama. Eko menyarankan, siapa saja yang ingin menjalankan bisnis ini dalam jangka panjang harus menyenangi terlebih pada usahanya. Akan repot kalau hanya mencari keuntungan. Sebab, hobi menjadi salah satu prasyarat agar bisnisnya berumur panjang.

Sementara untuk para penghobi, Eko menyarankan agar tidak terlalu jor-joran dalam berburu kesenangannya. Perlu dihitung agar pemenuhan kebutuhan lainnya tidak sampai terganggu. Dia merekomendasikan alokasi untuk pemenuhan sekitar 10 % dari pendapatannya.

“Karena penghasilan terbatas. Maksimal 15%, itu sudah tinggi sekali. Tapi biasanya, orang-orang yang hobi bisa mendapatkan harga yang sepadan karena dia tahu nilai barang yang dia beli,” kata Eko.

Hal senada disampaikan perencana keuangan Safir Senduk. Usaha tanaman hias merupakan bisnis yang menarik dan tidak akan pernah mati. Kuncinya adalah menciptakan pasarnya. “Kalaupun tidak ada permintaan, permintaan bisa diciptakan dengan proses marketing,” ujarnya.

Menurut Safir ada dua jenis orang yang melakoni bisnis ini, yakni yang memang memiliki hobi tanaman hias dan mereka yang melihat potensi keuntungannya. Orang yang hobi, menurutnya, akan lebih tahan banting ketika bisnisnya belum sukses. “Dia akan bertahan karena itu memang passion-nya,” kata Safir.

Risiko bisnis ini adalah ketika trennya mulai meredup. Seperti yang terjadi pada jenis anthurium atau gelombang cinta dan aglaonema beberapa tahun lalu. Namun pelaku bisnis bisa mempelajari atau memprediksi apa yang akan menjadi tren berikutnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement