Ketiga segmen yang disebutkan Umam ini adalah bagian dari tlatah atau kawasan kebudayaan Jawa Timur. Mataraman membentang dari barat hingga selatan Jawa Timur yang pernah dikuasai Kerajaan Mataram. Arek berada di sisi timur Mataraman, membentang dari Surabaya hingga Malang. Sedangkan Tapal Kuda berada di ujung Timur yang kental dengan budaya Madura. 

Namun, elektabilitas Khofifah dinilai belum cukup kompetitif secara nasional. Fokusnya masih di Jawa Timur dan tidak tersebar merata pada provinsi di luar pulau Jawa. 

“Jadi, jika Khofifah disandingkan dengan Anies, barangkali bisa menolong penguatan basis pemilih Nahdliyin (NU) dan menetralisir serangan narasi politik identitas yang dialamatkan lawan politik pada Anies,” kata Umam. 

Prabowo Subianto dan Surya Paloh
Prabowo Subianto dan Surya Paloh (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Cukupkah Kekuatan Politik Khofifah?

Potensi politik wanita kelahiran Surabaya ini juga tidak lepas dari tantangan politik. Umam menyebut, Khofifah masih punya tiga pekerjaan rumah agar bisa maju dalam Pemilu 2024. Pertama, belum ada partai politik yang siap mensponsorinya maju sebagai cawapres. 

Ini penting karena Khofifah butuh mesin politik untuk mendukungnya maju. Ia harus meningkatkan elektabilitas agar mampu menyaingi tiga nama besar bursa cawapres.

“Kalau ia maju (sebagai cawapres) dengan Prabowo, tentu akan diveto oleh Cak Imin yang kini menggawangi PKB. Jika ia ingin maju dengan Anies, maka ia harus berpikir bagaimana cara negosiasi dengan Demokrat dan PKS untuk ‘merelakan’ kekuatan politik untuknya?” ujar Umam. 

Kedua, mantan menteri sosial tersebut harus menjamin bahwa dirinya bersih, tanpa celah hukum yang berpotensi membuka ruang tembak saat melangkah di Pilpres 2024. Menurut Umam, salah satu celah hukum yang bisa dimanfaatkan lawan politiknya adalah terkait dugaan pelanggaran bantuan sosial pemerintah daerah Jawa Timur. Kasus ini  membuat sejumlah penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) datang ke kantor Khofifah pada akhir Desember lalu.

Ketiga, Khofifah harus memiliki sumber daya yang cukup, dari segi pendanaan dan kecocokan dengan salah satu calon presiden. Bila sudah ada kedekatan dengan salah satu capres, Khofifa dapat bersanding sebagai pasangan capres dan cawapres pada Pilpres 2024. “Ketiga faktor itu tampaknya belum bisa dijawab dengan baik oleh Khofifah,” kata Umam.

PERTEMUAN KOALISI INDONESIA BERSATU
Pertemuan Koalisi Indonesia Bersatu. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/hp.)

Kemungkinan Kocok Ulang Koalisi 

Sejauh ini, sudah ada tiga koalisi yang terbentuk serta satu partai yang akan maju ke Pemilu; Koalisi Perubahan, Koalisi Indonesia Bersatu, dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya. Berikut perbandingan jumlah kursi keempat kekuatan ini:

Dengan adanya dua nama bakal calon presiden yang maju dari Koalisi Perubahan dan KIR, masih ada kemungkinan nama baru calon presiden atau perombakan koalisi. Menurut Nicky Fahrizal dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), hal ini terjadi karena partai masih fokus untuk mendapat kursi di DPR. 

“Logikanya, kalau partai menang di DPR, maka dia bisa mengajukan calon presiden sendiri tanpa perlu koalisi. PDIP salah satunya,” ujarnya.

Ia menganalisa, KIB masih menunggu nama cawapres PDIP. Bila PDIP sudah mengumumkan, maka ada kemungkinan KIB akan bergabung dengan PDIP. Sebab dari segi politik ekonomi, ongkos politik untuk maju dengan satu putaran pemilihan akan lebih murah.

Perihal waktu yang akan dipilih PDIP untuk mencalonkan nama presiden, Nicky memperkirakan akan jatuh pada Juni 2023. Sebab, Megawati selaku ketua umum PDIP kerap mengeluarkan keputusan bersamaan dengan sebuah momentum.

Bulan tersebut bertepatan dengan lahirnya presiden pertama RI dan ayah Megawati, Soekarno “Soekarno selaku pendiri PDIP lahir di bulan Juni, bulan itu juga diperingati sebagai bulan Pancasila. Tapi tanggalnya masih belum tahu, sebab peringatan ini berlangsung selama sebulan,” katanya. 

Ujang pun mengamini pandangan ini. Menurutnya, bila PDIP mengusung Puan Maharani, maka PDIP akan maju sendirian tanpa koalisi. Tapi  bila PDIP mencalonkan Ganjar, maka KIB akan bergabung dengan PDIP. 

“Koalisi ini masih akan terus dinamis dan berubah. Selama janur kuning belum melengkung, selama nama capres dan cawapres belum didaftarkan, masih bisa terjadi skenario yang kita tidak tahu” ujar Ujang. 

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement