Semua Pemerintahan di Tahun Terakhir Lebih Populis

Muchamad Nafi
3 Mei 2018, 11:54
Jusuf Kalla
Arief Kamaludin|Katadata

Tapi, keberadaan HET yang diikuti upaya penegakan hukum malah disebut-sebut menimbulkan kelangkaan ?

Iya betul.

Apa berarti kebijakan itu tidak tepat ?

Tidak. Itu hanya berlaku untuk kebutuhan pangan pokok. Beras, gula, minyak goreng. Hanya empat atau lima komoditas kebutuhan pokok masyarakat yang harus kita tahu batasannya. Law enforcement itu dilakukan agar jangan ada pengusaha yang seperti kemarin, sebenarnya beras hanya dicampur, lalu menjadi premium harganya Rp 20 ribu per kilo gram. Itu menipu masyarakat. Yang paling pokok, soal ketersediaan dan harga. Kalau tidak ada batasannya, bagaimana mengambil tindakan.

Beralih ke politik, Anda menyebut kemungkinan Jokowi akan melanjutkan pemerintahan. Anda melihat kans Jokowi besar?

Kalau kita baca dari survei-survei, peluangnya sangat besar. Saya pikir sulit untuk mencari siapa yang bisa melawan Jokowi. Berarti, kesempatan untuk maju lagi sangat besar. Di atas 50 persen setiap survei itu. Sehingga, pergulatannya di wapres (wakil presiden), bukan di presiden. Baru terakhir-terakhir ini saja Pak Prabowo siap mendeklarasikan dirinya.

Jadi, pertarungan akan ramai di posisi Wapres?

Kelihatannya lebih banyak siapa mau jadi wapres ketimbang siapa mau menantang presiden.

Bicara Wapres, Anda akan kembali mencalonkan diri atau tidak ?

Ada beberapa pertimbangan. Pertama, umur saya pada 2019 sudah 77 tahun. Karena itu, mungkin saya perlu beristirahat. Kedua, juga tidak mudah (bagi saya) untuk maju lagi, karena masalah konstitusi (membatasi jabatan Presiden dan Wapres sebanyak dua kali). Kalau jadi Capres tahu diri lah kita, tidak mudah. Jadi, saya mengambil sikap untuk tidak ikut. Walaupun banyak teman yang mendorong, tapi terhalang dua masalah tadi.

Apa kriteria Cawapres Jokowi menurut Anda? Perlu kemampuan ekonomi?

Calon utama seseorang untuk jadi Wapres, yang pertama, bisa menambah elektabilitas Presiden. Karena itu, harus berbeda konstituennya. Boleh Jawa-Luar Jawa, itu sering dalam sejarah kita. Boleh berbeda kemampuannya. Tapi yang penting bisa menambah konstituen. Kedua, dia mampu untuk membantu Presiden, malah harus setara dengan Presiden. Dari enam Presiden, dua di antaranya menjadi Presiden juga karena posisinya sebagai Wakil Presiden, yaitu Habibie dan Megawati.

Dalam proses seleksi Wapres Jokowi, Anda juga dilibatkan? Siapa saja yang sudah masuk daftar?

Belum detail. Nama-nama yang sering kita baca itu banyak. Tapi, tentu punya faktor politik dalam memilihnya. Ada hubungannya dengan elektabilitas, juga ada hubungannya dengan berasal dari mana, apakah dari partai atau dari mana. Saya dua kali jadi Wapres semuanya tidak dari partai. Profesional saya. Kemampuan saja. Waktu 2004 yang mewakili Golkar Pak Wiranto. Lalu 2014 Golkar mendukung Prabowo. Justru saya dua-duanya tidak didukung partai.

Untuk kali ini apa Golkar akan punya peran penting? Apalagi Ketua Umum Golkar Airlangga disebut sebagai salah satu calon Wapres potensial?

Yang pasti semua punya kesempatan. Kan sangat tergantung kepada Presidennya, Pak Jokowi, dengan partai, terutama partai yang besar seperti PDIP.

Apakah sudah ada pembicaraan intens dengan Anda mengenai Airlangga atau Muhaimin Iskandar?

Belum, kan masih ada empat bulan.

Bukannya sudah dekat?

Memang dekat, tapi ini sangat tergantung pada pilihan Pak Jokowi.

Anda yang mengusulkan Anies Baswedan menjadi Gubernur DKI. Sekarang, Anies juga digadang-gadang sebagai salah satu sosok Cawapres. Menurut Anda?

Banyak pihak yang punya kemampuan. Anies tentu punya kemampuan, punya kesempatan. Tapi tanggung jawabnya di DKI Jakarta masih besar. Dia juga masih muda. Tergantung Anies sendiri apakah mau ambil kesempatan sekarang? Tapi tentu lewat partai lain. Saya tidak yakin bisa dengan Pak Jokowi.

Pendapat Anda sendiri, apakah Anies sebaiknya di Jakarta atau maju dalam Pemilu 2019?

Kalau saya bilang, Jakarta juga sangat penting dan itu amanah. Walaupun memang ada peluang, karena Gubernur kalau mau jadi calon presiden atau wapres tidak perlu mundur, hanya cuti saja. Berbeda dengan anggota DPR, kalau ingin jadi Gubernur atau Bupati, harus mundur.

Apa tantangan pemerintahan baru nanti?

Tetap saja tantangan kita paling banyak dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan keadilan serta pemerataannya. Dari sisi politik, boleh dibilang Indonesia termasuk negara yang stabil apabila dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, atau negara lain sekitar kita.

Kalau tidak jadi Wapres, Anda sudah memiliki rencana apa?

Sebelum saya jadi Wapres kedua kali, saya banyak mengurus masalah sosial, pendidikan agama. Lalu PMI (Palang Merah Indonesia), Dewan Masjid Indonesia, dan pendidikan. Insya Allah saya akan melanjutkan upaya-upaya ini karena juga sangat penting untuk masyarakat.

Tidak terjun lagi mengurusi bisnis?

Bisnis sudah saya tinggalkan. Tinggal menerima hasilnya dari anak atau adik saya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...