Puncak Corona Mungkin setelah Lebaran, Tergantung Orang Mudik

Image title
Oleh Tim Redaksi
19 April 2020, 07:00
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Profesor Amin Soebandrio.
Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Profesor Amin Soebandrio.

Apa tidak sebaiknya tes Covid-19 diperbanyak di Indonesia?

Jadi, sebenarnya dilihat dari strateginya. Tidak hanya sekadar memperbanyak tes. Kalau tidak terarah, saya kira bisa diangap sebagai wasting saja itu. Harusnya dilihat situasinya. Kalau memang dibutuhkan untuk, misalnya contact tracing, sudah ada kecurigaan, ada kontak, dan sebagainya, itu bisa dilakukan.

Tapi sekali lagi, tes ini tidak dilakukan terhadap seluruh masyarakat secara terbuka atau mengambil secara acak untuk mengejar jumlah kasusnya. Jadi, tidak demikian strategi yang kami gunakan. Bisa saja kia memperbanyak jumlah yang diperiksa, jumlah yang positif sehingga nanti bisa membandingkan dengan populasi dan sebagainya. Jadi, sekali lagi sangat tergantung strategi yang kita pakai.

Apakah Eijkman juga melakukan tracing?

Sekali lagi kami hanya menerima sampel yang diambil dari rumah sakit. Kami tidak mengambil dari masyarakat langsung. Kami tidak menerima orang yang datang langsung ke Eijkman. Kami tidak melakukan itu.

Eijkman tidak ada pengambil sampel. Semuanya kami minta periksa dulu dan didata di rumah sakit. Kalau ada indikasinya, baru mereka bisa kirim dan ambil hasil tesnya ke Eijkman.

Bagaimana koordinasi Eijkman ke pusat?

Setiap hari, setiap pagi, kami merangkum hasil-hasil tes, baik negatif dan positif. Kemudian, hasil keseluruhan itu masuk dalam tabel dan kami kirim ke Litbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan) supaya mereka dapat melakukan tabulasi secara nasional. Hasilnya, dilaporkan pada sore hari.

Setiap hari ada data tambahan. Secara individual kami melaporkan juga hasilnya ke rumah sakit yang mengirim sampel. Setiap pasien ada surat tersendiri yang menyampaikan hasilnya positif. Itu semua saya tandatangani secara individual.

(Baca: Kasus Corona Bertambah, Kebutuhan APD Melonjak 10.000 Potong per Hari)

Tes Massal Covid-19 di Indonesia Tertinggal
Tes Massal Covid-19 di Indonesia Tertinggal (Katadata)

Apakah jumlah tes yang positif persentasenya selalu di angka 10%?

Kadang sampai 15% per hari. Jadi, kalau sekitar 180 yang diperiksa, yang positif bisa sekitar 20-an setiap harinya.

Eijkman sempat mengatakan puncak pandemi di Indonesia dua pekan terhitung 20 Maret 2020, dengan kondisi sekarang apakah ada perubahan?

Ya sedikit ada pergeseran. Mungkin puncaknya agak melebar ya. Tapi penurunannya itu sekitar akhir Mei atau awal Juni. Tapi sekarang memang masih naik. Kalau kita cermati, sampai saat ini tidak seburuk yang pernah diprediksi.

Pertambahan jumlah kasus itu sangat dipengaruhi oleh kemampuan kita mendeteksi dan berapa banyak laboratorium yang mendeteksi. Selama data temuan kasus dari hari ke hari tidak melonjak drastis, kami harapkan dalam waktu tidak terlalu lama sudah bisa mencapai puncaknya.

Kapan puncaknya menurut Anda?

Sekarang sudah April. Mungkin setelah Lebaran. Mungkin pertengahan Mei. Dan itu sangat dipengaruhi oleh seberapa banyak orang yang mudik dan adanya PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Dua hal yang harus kita cermati dari PSBB ini adalah apakah menekan jumlah kasus baru atau sebaliknya. Karena populasiya akan pindah dari Jakarta ke pinggiran.

Bisa sampai 100 ribu kasus seperti prediksi BIN (Badan Intelijen Negara)?

Kalau intervensi pemerintah dan partisipasi masyarakat tidak berubah, memang risikonya bisa sampai segitu.

(Baca: Perbedaan Rapid Test dan Tes Swab untuk Deteksi Covid-19)

Kalau prediksi Eijkman?

Tidak setinggi itu sih. Artinya, bahkan enggak sampai 10 ribu kasus positif. Tapi dengan catatan, perilaku masyarakat bisa lebih baik. Tapi kalau masyarakat tetap membiarkan virus ini berkeliaran, satu orang maksimum menular ke empat orang, bayangkan seberapa cepat pertambahan jumlahnya.

Bagaimana perkembangan pembuatan vaksin Covid-19 yang dilakukan Eijkman?

Saat ini semuanya masih dalam tahap awal. Jadi, belum banyak yang bisa saya sampaikan. Tapi kami ada progres. Kalau kami sudah ada kemajuan, bisa kami share.

Apa progresnya?

Kita tunggu akhir bulan, nanti kami share. Saat ini belum ada yang bisa kami sampaikan.

Apa basis vaksinnya?

Basisnya dari virus yang ada di Indonesia. Kami mengembangkan berdasarkan temuan virus di sini.

Ada keterlibatan lembaga riset asing?

Sebenarnya belum. Kami masih memberdayakan peneliti di Indonesia. Tapi tidak menutup kemungkinan kami bekerja sama dengan peneliti atau orang-orang Indonesia di luar negeri. Apabila mereka ingin berpartisipasi, tidak menutup kemungkinan berkolaborasi dengan lembaga di luar negeri.  

(Baca: Sebut Rapid Test Tak Efektif, Eijkman Sarankan Pemerintah Gunakan PCR)

Halaman:
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...