Rekosistem Ingin Bantu Produsen Turunkan Sampah 30% di 2029

Hari Widowati
5 Februari 2024, 14:25
Ernest C. Layman
Katadata/Bintan Insani
Ernest C.Layman, CEO dan Co-founder Rekosistem

Itu secara industrial kita belum bisa melakukan tetapi itu menjadi tantangan tersendiri bagi industri pengelolaan sampah di Indonesia. Sama halnya dengan pengelolaan sampah-sampah residu yang tercampur. Sekarang dengan konsep waste to energy, sejauh sampah itu bisa dicacah, tidak mengandung logam dan bisa dikontrol kelembabannya itu bisa dioptimalkan.

Beberapa waktu yang lalu ada beberapa perusahaan yang bikin kerja sama dengan Rekosistem, misalnya, Nestle. Apakah itu khusus untuk produk mereka atau menampung plastik yg lain?

Para produsen itu juga peduli, mereka tidak hanya menampung untuk brand-nya sendiri. Tetapi khusus untuk brand-nya, ada reward khusus tersendiri, misalnya dapat voucher diskon untuk belanja di supermarket yang ada kerja sama dengan kita. Kembali lagi dengan adanya payung environment, social, and governance (ESG) sebagai metriksnya semua jadi tahu untuk memberikan dampak, mengurangi emisi karbon.

Kami bisa memberikan dampak positif dari segi offsetting dari polusi yang dilakukan oleh produk mereka. Mereka bisa mendorong masyarakat untuk mendaur ulang dari barang-barang yang di luar produknya, cuma tadi yang saya bilang bahwa ada reward khusus untuk produk-produk mereka.

Sekarang cara untuk menarik orang untuk memilah sampah itu semakin kreatif, ada bank dan brand yang bikin vending machine yang bisa menukar botol plastik menjadi saldo pulsa dan lainnya. Apakah Rekosistem juga terpikir untuk bikin sistem semacam itu?

Kalau sebenarnya Rekosistem ada Reko Waste Station untuk menerima sampah-sampah anorganik untuk ditukar menjadi reward poin yang bisa ditarik menjadi uang digital lewat aplikasi Rekosistem. Kenapa Reko waste station ini menjadi keunggulan? Kami menerapkan single stream recycling, jadi semua jenis sampah daur ulang tidak perlu dipilah berdasarkan jenisnya bisa diterima oleh Rekosistem.

Sekarang masyarakat Indonesia belum terbiasa memilah sampah tetapi disuruh memilah sampah sampai sepuluh jenis. Botol, kardus dipilah khusus sendiri. Apa nggak nyerah duluan tuh orang, makanya Rekosistem melakukan single step dulu, yakni single stream recycling, dikumpulkan dalam kondisi bisa didaur ulang dalam satu boks atau satu karung kemudian bisa disetorkan ke Reko Waste Station.

Yang kedua, ada mekanisme insentif, insentif itu kalau orang lain harus dibelanjakan lagi. Rekosistem nggak, ini bisa ditarik sebagai uang digital jadi reward-nya nyata, langsung. Itu keunggulan Reko Waste Station.

Yang ketiga, kapasitasnya besar. Seringkali vending machine atau drop box itu kapasitasnya kecil, sudah jalan jauh-jauh capek-capek bawa sampah yang sudah dipilah, tidak bisa diterima. Jadi, ini keunggulan dibandingkan dengan drop box atau vending machine. Yang terakhir, ada operatornya.

Walaupun kita perusahaan teknologi, tetap ada operatornya karena proses edukasi itu harus ada interaksi antara manusia. Itu yang tidak bisa dilakukan oleh vending machine atau drop box. Itu prinsip kesederhanaannya single stream recycling: pemilahannya tidak harus repot, reward poinnya riil bisa jadi uang digital tanpa harus dibelanjakan yang lain, kapasitas yang besar, dan adanya human interaction.

Potensi kontribusi ekonomi sirkular terhadap PDB 2030
Potensi kontribusi ekonomi sirkular terhadap PDB 2030 (ANTARA FOTO/Uyu Septiyati Liman/sgd/YU)

Rekosistem terkait vending machine atau drop box pernah nggak?

Pernah, 2021 kami punya vending machine sendiri kita pasang di daerah Jakarta tetapi tidak produktif, kenapa? Volumenya rendah, karena orang harus memasukkan botol dan pilahnya satu-satu pasti orang repot. Kedua, orang kadang bingung kalau tidak ada human interaction, belum biasa memilah, ini bisa diterima atau tidak. Ketiga, kapasitasnya kecil jadi cepat penuh jatuhnya.

Kadang orang yang bawa sampah kan nggak bisa diukur, sampah kardus gede dan sebagainya. Itu yang nggak bisa diterima di vending machine. Sama halnya drop box jadinya berantakan, setoran ada yang hilang dicuri orang. Jadi, model Reko Waste Sistem ini adalah model yang kita sudah melakukan literasi secara terus-menerus untuk menentukan mana yang paling sesuai.

Rekosistem kalau jemput sampah bisa nggak?

Sekarang kalau jemput sampah itu kendalanya karbon emisinya tinggi. Orang kadang cuma punya satu botol langsung pesan, nggak efektif biayanya juga tinggi, nggak sustain untuk menjalankan dengan sistem jemput sampah. Rekosistem bisa jemput sampah di area kawasan rukun tetangga (RT,) kecamatan, atau perkotaan (pemkot) atau perumahan atau permukimannya baik swasta maupun publik punya kerja sama dengan Rekosistem.

Dengan begitu, kami buat lebih sistematis, pengangkutannya seminggu sekali rata-rata, karbon emisinya jadi rendah. Kami mengedukasi pengangkutan terpilah ini dalam satu sistem pengangkutan yang reguler. Tidak dibuat secara terpisah. Itulah alasan-alasannya kenapa Reko Waste Station adalah solusi yang paling optimal. Baik dari segi menjawab tantangan yang ada di Indonesia maupun dari segi karbon emisi dalam melaksanakan operasi.

Jemput sampah atau Reko Pick Up itu hanya di area-area kawasan-kawasan yang kita sudah bekerja sama. Untuk sampah tercampurnya bisa kita jemput setiap hari atau seminggu tiga kali, tergantung kerja sama dengan pemukimannya dan sampah-sampah anorganiknya kita angkut secara reguler. Sampah terpilahnya kita angkut seminggu sekali tapi baru di area kawasan-kawasan.

Kenapa baru di kawasan-kawasan, tujuannya agar karbon emisinya tidak tinggi dan bisa sustain. Kalau tadi hanya punya satu botol kemudian panggil mobil jemput sampah, emisinya tinggi, upah pekerjanya juga jadi nggak sepadan dengan effort yang dilakukan.

Jenis sampah apa yang paling banyak dikelola oleh Rekosistem, apakah plastik, kertas?

Sampah anorganik pastinya yang paling banyak, cuma untuk yang didaur ulang paling banyak adalah plastik. Kalau sampah organik, sampah tercampur banyak juga tetapi yg paling banyak didaur ulang adalah sampah plastik.

Kerja sama dengan PLN, untuk pengelolaan sampah menjadi energi sampai saat ini yang sudah berjalan seperti apa?

Kerja sama itu adalah fasilitas-fasilitas daur ulang. Rekosistem punya suplai banyak sampah. Sampah ini bisa diubah jadi apa. Ternyata, kalau sampah itu bisa kita ubah menjadi SRF atau solid recovered fuel. Ini seperti refuse derived-fuel (RDF) tetapi daya bakarnya lebih bagus. Setelah jadi SRF, ternyata memiliki nilai kalor yang hampir sama seperti batu bara yang biasa digunakan di pembangkit listrik.

Ini adalah kerja sama yang kita jadikan pilot project untuk memasok sampah ke pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara yang dimiliki oleh PLN, untuk mengganti sebagian atau co-firing yang ke depannya bukan tidak mungkin penggunaan batu bara akan berkurang dan digantikan dengan sampah.

SRF atau bahan bakar jumputan padat itu 70% bahannya adalah sampah organik yang dikeringkan tapi dicacah dulu. Sama seperti wood pellet yang memiliki daya bakar, sampah organik kita cacah dulu dan keringkan sehingga dia tidak lembab dan bisa digunakan untuk co-firing. Sampah organik itu ketika dia dekomposisi itu memiliki nilai kalor. Kompos itu kan juga menghasilkan panas. Itu 70% organik dan 30% plastik, tapi nggak boleh logam.

Pemerintah sedang gencar mendorong penggunaan kendaraan listrik, salah satu komponennya adalah baterai dan yg sedang dibangun juga adalah daur ulang baterai. Apakah Rekosistem sudah kepikiran untuk masuk ke situ?

Itu sudah kepikiran juga. Kami sebagai perusahaan pengelola sampah kita harus aware dengan sampah dari hasil konsumsi. Sejauh ada konsumsi pasti ada sampah maka di situlah Rekosistem hadir. Tipe konsumsinya apa, sejauh ada perubahan konsumsi maka sampahnya juga akan berubah sesuai dengan produk apa yang dikonsumsi dan material apa yang digunakan.

Dengan adanya perubahan penggunaan dari mobil biasa ke mobil listrik, jenis produk dan material yang digunakan akan berbeda. Itu pun akan mengubah cara kita mengelola sampah ke depannya. Apakah kita sudah lakukan sekarang, belum.

Kami masih dalam tahap research and development untuk setiap sampah-sampah yang nantinya akan dihasilkan oleh kendaraan listrik akan dikelola. Kami ingin ikut andil juga dalam transformasi kendaraan listrik di Indonesia dan khususnya di downstream (hilirnya).

Kalau sekarang Rekosistem sudah menampung sampah elektronik, apakah itu dipisah komponen baterai dengan yang lainnya?

Kalau sekarang ini, kami hanya dalam tahap mengumpulkan sampah lalu kami salurkan ke mitra pengolahan Rekosistem yang sudah memiliki izin untuk mengolah sampah elektronik. Apakah sudah dilakukan pemisahan baterai dan sebagainya, saat ini Rekosistem belum bisa melakukan itu. Untuk bisa mengolahnya, itu butuh izin khusus untuk pengolahan sampah elektronik.

Kalau kami hanya mengumpulkan dari rumah tangga yang masuk secara tidak langsung ke Reko Waste Station atau Reko Hub untuk kemudian kita salurkan. Kami belum melakukan pengolahan sendiri. Di mitra itu nanti dipilah berdasarkan karakteristiknya masing-masing karena setiap materi memiliki karakteristik dan pengolahan yang berbeda-beda.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...