Stop Impulsive Buying, Saatnya Nabung di Reksa Dana dan Obligasi BRI

Nasabah BRI Prioritas dapat melakukan pembelian Obligasi Ritel melalui SBN di BRImo.
Uji Sukma Medianti
Oleh Uji Sukma Medianti - Tim Publikasi Katadata
25 Februari 2024, 17:10
Ilustrasi Impulsive Buying
Istimewa
Ilustrasi Impulsive Buying
Button AI Summarize

Perencanaan keuangan masa depan merupakan hal penting dalam mencapai financial freedom. Sayangnya, hal ini kerap terkendala dengan perilaku impulsive buying.

Impulsive buying merupakan tren yang banyak terjadi saat ini. Impulsive buying sendiri merupakan sebuah perilaku dimana seseorang cenderung membeli sesuatu hanya berdasarkan keinginan dan tanpa pikir panjang. Biasanya, perilaku ini didasari oleh adanya keinginan semata untuk membeli sebuah barang atau jasa yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan.

Berbagai kemudahan dalam berbelanja secara online mendorong perilaku impulsive buying ini menjadi tren yang umum di masyarakat saat ini. Apalagi, banyaknya diskon dan penawaran yang ada semakin mendorong orang-orang untuk membeli barang hanya atas dasar keinginan dan bukan karena kebutuhan. Mereka cenderung berpikir bahwa diskon atau penawaran tersebut belum tentu datang lagi di kemudian hari.

Padahal faktanya, perilaku impulsive buying ini justru dapat memberikan dampak negatif pada pelakunya.  Apalagi jika kebiasaan belanja impulsif ini dilakukan secara terus menerus, hal ini bisa mengakibatkan pemborosan yang tentunya dapat mengancam kesehatan finansial.

Tidak hanya mempengaruhi kesehatan finansial, perilaku belanja impulsif juga dapat berdampak negatif pada beberapa hal berikut ini.

  • Penumpukan Barang Tidak Terpakai

Kebiasaan belanja secara impulsif bisa menyebabkan banyak barang menumpuk di rumah. Karena belanja yang hanya didasarkan pada keinginan semata, barang-barang yang sudah dibeli bisa jadi tidak dibutuhkan atau hanya terpakai sekali sehingga barang yang lainnya akan mubazir.

  • Rentan Terjerat Pinjaman

Perilaku belanja impulsif bisa mendorong pelakunya untuk mengambil jalan pintas dengan pinjaman. Apabila dilakukan secara terus menerus dan kemampuan finansial tidak mencukupi, bukan tidak mungkin pelaku impulsive buying ini bisa terjerat pinjaman atau kredit.

  • Sulit Merencanakan Keuangan untuk Masa Depan

Belanja secara impulsif ini cenderung membuat pelakunya semakin boros. Mereka rela menghabiskan uang untuk belanja hal-hal tidak penting yang sebetulnya tidak terlalu dibutuhkan. Hal inilah yang pada akhirnya membuat pengeluaran utama harus rela dikorbankan demi keinginan sesaat. Tak heran, perilaku ini pun membuat pelakunya akan kesulitan mengalokasikan dana untuk masa depan.

Pentingnya Investasi untuk Terhindar dari Masalah Finansial karena Impulsive Buying

Anda tentu saja harus menghindari perilaku impulsive buying agar kondisi finansial Anda tetap terjaga dan stabil. Salah satu cara menghindarinya adalah dengan memahami kembali definisi keinginan (wants) dan kebutuhan (needs). Dengan demikian, Anda bisa membedakan apakah belanja yang Anda lakukan atas dasar kebutuhan atau hanya keinginan semata.

Untuk itulah, penting bagi Anda untuk menyusun skala prioritas sebelum melakukan pembelian barang. Anda bisa menggunakan skala perencanaan keuangan dengan alokasi 40 persen - 30 persen - 20 persen dan 10 persen.

Porsi 40 persen dapat dialokasikan untuk jenis kebutuhan rutin, akomodasi dan kebutuhan pokok lainnya. Sebanyak 30 persen dari dana Anda bisa dialokasikan untuk cicilan atau kredit dengan porsi kredit produktif harus lebih dari 15 persen.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...