Di Balik Membesarnya Defisit Neraca Dagang Indonesia

Image title
28 Mei 2019, 07:00

Defisit neraca perdagangan Indonesia periode Januari-April 2019 mencapai US$ 2,6 miliar atau sekitar Rp 36 triliun. Defisit ini menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah perekonomian Indonesia. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, defisit membengkak hingga 83 persen.

Melihat data Badan Pusat Statistik (BPS), defisit terjadi lantaran kinerja ekspor yang menurun. Di sektor minyak dan gas bumi (migas), ekspor turun 18,2 persen dariUS$ 5,2 miliar pada Januari-April 2018 menjadi US$ 4,2 miliar.

Begitu pula dengan ekspor non-migas dari US$ 53,6 miliar menjadi US$ 50 miliar atau turun 8,5 persen. Melemahnya kinerja ekspor non-migas terlihat pula dari semakin sempitnya surplus perdagangan di sektor itu. Pada Januari-April tahun lalu, surplus mencapai US$ 2,5 miliar. Pada periode yang sama tahun ini nilainya anjlok hingga 92 persen menjadi US$ 204,7 juta.

Selain itu, beban impor minyak semakin besar seiring dengan naiknya harga minyak dunia. Sementara faktor perlambatan ekonomi global turut mempengaruhi permintaan produk asal Indonesia. Ini tercermin dari rendahnya permintaan dari negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia.  

“Kondisinya tidak mudah, 2019 ini tantangannya akan luar biasa,” kata Kepala BPS, Suhariyanto pada Rabu (15/5).

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami