KOMIK: Narsis vs Data Pribadi di Era AI

Leoni Susanto
6 November 2025, 09:26

Fenomena fotografer jalanan yang memotret orang-orang yang sedang berolahraga di ruang publik sedang ramai diperbincangkan di media sosial. Para fotografer tersebut biasanya bekerja saat car free day, acara olahraga, hingga taman kota. 

Hasil foto kemudian diunggah dan dijual di “FotoYu”, sebuah platform lokapasar foto berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk memudahkan pembeli menemukan fotonya hasil jepretan fotografer. Seluruh rangkaian tersebut menuai perdebatan.

Di satu sisi, baik fotografer maupun subjek foto mendapat kemudahan untuk dapat menjual dan membeli foto dengan harga tertentu. Di sisi lain, ada masalah etika dan risiko bocornya data pribadi lewat platform

Secara etika, pengambilan foto orang dan pengunggahan tanpa izin dinilai melanggar privasi dan sejumlah aturan. Hal ini juga disampaikan oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).

“Foto seseorang, terutama yang menampilkan wajah atau ciri khas individu, termasuk kategori data pribadi dan tidak boleh disebarkan tanpa izin,” kata Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Kementerian Komdigi Alexander Sabar, Rabu, 29 Oktober.

Alexander Sabar menyebut masyarakat dapat menggugat pihak yang melanggar dan menggunakan data pribadi sebagaimana diatur dalam UU Perlindungan Data Pribadi (PDP) dan UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Selain itu, pengunggahan foto ke platform FotoYu juga berisiko terhadap kebocoran data pribadi. Pasalnya, untuk pembeli dapat menemukan fotonya yang dijual, mereka harus memasukkan data biometrik. Menurut Spesialis Keamanan Teknologi Vaksincom, Alfons Tanujaya, platform semacam FotoYu rentan eksploitasi.

“Kalau fotografer salah dan sembarangan, misalnya file foto asli dan exif (metadata) ini ditaruh (di aplikasi), sehingga berhasil dicuri atau bisa diakses, maka mereka harus tanggung jawab,” kata Alfons kepada Katadata.co.id, Rabu, 29 Oktober.

Ramainya perdebatan penyalahgunaan data pribadi ini terjadi di tengah tren mengunggah foto untuk diubah dengan berbagai gaya via AI generatif. Sejumlah tren pengubahan foto ini mulai dari gaya ilustrasi ala Studio Ghibli, Disney atau Pixar, hingga konsep polaroid. 

Padahal, semua tren ini juga patut diwaspadai karena berisiko pada kebocoran data. Data juga dapat disalahgunakan untuk disinformasi, penipuan, kejahatan, hingga pelecehan.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Bintan Insani

Cek juga data ini