Arah Kebijakan BI 2026: Dorong Pertumbuhan, Jaga Stabilitas
Bank Indonesia menyampaikan komitmennya untuk menerapkan kebijakan makroprudensial yang longgar, serta memperkuat sinergi moneter-fiskal, sebagai strategi mendorong pertumbuhan ekonomi 2026.
Dengan proyeksi pertumbuhan 4,9-5,7 persen dan inflasi terkendali di 2,5±1 persen, BI menetapkan lima bauran kebijakan strategis. Misalnya, BI konsisten menjaga stabilitas rupiah dengan intervensi tepat termasuk di pasar Non-Deliverable Forward (NDF).
Di sisi likuiditas, bank sentral menyediakan ruang ekspansi untuk mendukung sektor riil, dengan menyalurkan insentif likuiditas untuk kredit sektor prioritas dengan target mencapai Rp423 triliun mulai Desember 2025.
Pada aspek sistem pembayaran, bank sentral menargetkan pengguna dan merchant QRIS pada tahun depan masing-masing mencapai 60 juta dan 45 juta, serta dengan nilai transaksi Rp3.111 triliun.
Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, pertumbuhan tinggi dan berkelanjutan bisa dicapai jika transformasi struktur ekonomi berjalan. Perry memaparkan lima area utama sinergi di antara BI dan pemerintah, yakni sisi permintaan, produksi, pembiayaan, kerja sama internasional, dan ekonomi digital.
“Dengan sinergi kelima area transformasi itu, Indonesia akan tumbuh lebih tinggi dan lebih tahan banting, dengan stabilitas yang tetap terjaga,” ujar Perry.
