Curah Hujan adalah Jumlah Air yang Turun ke Permukaan Bumi
Hujan merupakan salah satu fenomena alam yang umum terjadi. Cenderung tidak mengancam, hujan juga bisa menjadi penyeimbang ekosistem.
Turunnya hujan juga bermanfaat untuk lingkungan. Misalnya menyuburkan tanah dan sebagai sumber air minum yang bersih.
Tak hanya itu, hujan juga menjadi salah satu solusi pemenuh kebutuhan saat musim berganti. Khususnya pada kemarau, air hujan bisa disimpan untuk dipasok sebagai persediaan. Baik untuk kehidupan sehari-hari maupun keperluan rumah tangga.
Fenomena turunnya hujan juga biasa disebut dengan istilah presipitasi. Mengutip National Geographic, presipitasi adalah setiap air cair atau beku yang terbentuk di atmosfer, lalu jatuh ke bumi.
Namun, perlu diketahui bahwa presipitasi merupakan salah satu tahap pada siklus air atau hidrologi. Singkatnya, fenomena tersebut terjadi ketika seluruh air yang ada di muka bumi akan menguap.
Dalam hal ini, juga terdapat istilah curah hujan yang mengacu pada ketinggian air yang terkumpul dalam wadah penakar.
Mengutip situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), penakar tersebut berbentuk datar, tidak menyerap, tidak meresap, dan tidak mengalir.
Menurut situs Dictionary, curah hujan adalah jumlah air yang biasanya dinyatakan dalam satuan milimeter atau inci, yang diendapkan dalam bentuk cair di area dan interval waktu tertentu.
Adapun untuk mengukur curah hujan, biasanya lembaga cuaca menggunakan Penakar Hujan Observatorium atau Penakar Hujan Manual. Selain itu, juga bisa disebut Rain Gauge atau Ombrometer
Ombrometer biasa digunakan para petani untuk pemaksimalan pertumbuhan tanaman. Biasanya alat ini digunakan dalam kurun waktu 24 jam. Lalu, diamati kembali setiap jam tujuh pagi.
Namun, perlu diketahui bahwa hujan yang turun tidak melulu dalam bentuk air. Melainkan juga bisa berupa salju.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Curah Hujan
Dilansir dari situs Geografi, berikut beberapa hal yang berdampak terhadap curah hujan:
1. Bentuk medan atau topografi
Apabila wilayah datarannya semakin tinggi, maka curah hujannya semakin rendah.
2. Arah lereng medan
Arah lereng medan merupakan konfigurasi lereng menurut arah mata angin.
3. Arah angin yang sejajar dengan garis pantai
Poin ini mengacu pada garis pantai dengan arah angin bergerak.
4. Jarak perjalanan angin di atas medan datar
Jarak ketika angin bergerak melintasi wilayah yang datar akan mempengaruhi curah hujan.
Jenis-jenis Hujan
1. Hujan Muson
Melansir dari Gramedia, hujan muson disebabkan oleh angin muson yang menimbulkan hujan dan musim kemarau. Diketahui bahwa angin muson datang dari daratan Asia menuju Australia. Saat angin melewati lautan, maka akan menghasilkan uap air dan hujan yang relatif banyak.
2. Hujan Frontal
Hujan frontal terjadi ketika permukaan atau massa udara yang hangat dengan massa udara dingin yang cukup besar. Proses tersebut menyebabkan turbulensi hingga perubahan suhu menjadi dingin secara tiba-tiba. Dari situ, terjadi kondensasi, lalu turunlah hujan. diketahui bahwa kondensasi adalah pengembunan.
Mengutip dari Gramedia.com, ternyata hujan frontal cukup berbahaya. Akibat pertemuan dua massa udara, bisa menimbulkan petir dalam beberapa menit hingga jam. Maka dari itu, jenis hujan ini sebaiknya dihindari untuk bepergian.
3. Hujan Konvektif
Hujan konvektif terjadi karena perbedaan panas pada lapisan udara dan permukaan tanah. Jenis ini akan menghasilkan curah hujan yang tinggi. Adapun hal yang patut diketahui adalah sumber dari hujan ini adalah awan jenis konvektif yang dihasilkan oleh proses konveksi akibat pemanasan radiasi surya.
4. Hujan Asam
Hujan asam terjadi karena adanya karbondioksida yang larut di dalam air hujan. curah hujan juga lebih asam karena polusi pada atmosfer. Maka dari itu, airnya tidak bagus untuk lingkungan. Hujan jenis ini bisa disebabkan oleh pembakaran industri batu bara, bahan fosil, dan gas limbah yang mengandung sulfur dan nitrogen oksida.
5. Hujan Orografis
Jenis hujan ini biasa terjadi di kawasan pegunungan. Lantaran pergerakan udara lembab di daerah dataran tinggi dan menyebabkan pendinginan dan kondensasi. Hujan orografis terjadi karena gerakan lurus ke atas angin yang mengandung uap air. Udara pada dataran tinggi akan berperan sebagai penghalang aliran udara, memaksa udara naik dan udara lembap bergerak naik ke atas dengan menghasilkan awan dan curah hujan.
6. Hujan Siklon
Hujan siklon terjadi akibat pemanasan dari udara hangat yang disebabkan oleh pertemuan angin pasat timur laut dan pasat tenggara. Hujan ini biasa ditandai dengan awan mendung. Ketika hujan turun, curahnya relatif tinggi dan lebat.
7. Hujan Buatan
Hujan buatan sengaja dibuat oleh manusia apabila tidak terjadi hujan dalam waktu yang lama. Cara ini juga biasa dilakukan untuk memadamkan api kebakaran dalam skala yang besar. Disebut metode reduksi, dalam prosesnya memerlukan tumbuhan dan aglomerasi agar bisa membentuk es.