Imbas Migrasi Konsumen, Pengusaha Warteg Cemas Elpiji Melon Langka

Muhamad Fajar Riyandanu
11 Juli 2022, 19:44
Pedagang melayani pembeli di Warteg Subsidi Bahari kawasan Jalan Fatmawati, Jakarta, Sabtu (28/3/2020). Program Operasi Makan Gratis bersama sejumlah Warung Tegal (Warteg) di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi diharapkan bisa membantu pe
ANTARA FOTO/Reno Esnir/ama.
Pedagang melayani pembeli di Warteg Subsidi Bahari kawasan Jalan Fatmawati, Jakarta, Sabtu (28/3/2020). Program Operasi Makan Gratis bersama sejumlah Warung Tegal (Warteg) di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi diharapkan bisa membantu persoalan pendapatan para pemilik warteg dan pekerja harian yang terdampak wabah Virus Corona (COVID-19).

Pengusaha Warung Tegal atau Warteg khawatir terjadi kelangkaan tabung elpiji 3 kilogram yang disebabkan oleh adanya migrasi dari sejumlah pengguna elpiji Bright Gas non subsidi 5,5 kg dan 12 kg.

Kekhawatiran tersebut didasari karena PT Pertamina kembali menaikkan harga elpiji Bright Gas juga sekira Rp 2.000 per kg. Ketetapan tersebut membuat harga jual elpiji non subsidi 5,5 kg naik Rp 11 ribu per tabung dan Rp 24 ribu untuk elpiji 12 kg.

Ketua Koperasi Warung Tegal Nusantara (Kowantara), Mukroni, mengatakan jika kenaikkan harga elpiji non subsidi berpotensi menyebabkan kelangkaan elpiji 3 kg di pasaran. Mukroni menilai, kondisi yang demikian akan menyulitkan masyarakat dan pengusaha kecil untuk memperoleh jatah elpiji bersubsidi.

Dia menambahkan, apabila terjadi kelangkaan pada elpiji 3 kg, para pengusaha warteg harus merogoh kocek lebih dalam untuk biaya operasional di tengah kenaikan harga sejumlah bahan pangan, seperti cabai rawit merah yang menyentuh Rp 129 ribu per kg.

Walau begitu, Mukroni mengatakan tak semua pengusaha warteg bisa bertahan untuk menghadapi tingginya harga operasional. Banyak dari mereka yang boncos dan memilih untuk tutup sementara sembari menunggu harga kembali normal.

"Kami tidak mengharapkan ada migrasi pengguna gas 12 kg ke 3 kg melon karena ada perbedaan harga yang banyak, sehingga bisa menimbulkan kelangkaan stok gas melon. Kami pedagang warteg masih banyak yang menggunakan elpiji 3 kg," kata Mukroni saat dihubungi Katadata.co.id, Senin (11/7).

Guna mengantisipasi kelangkaan elpiji 3 kg, Mukroni berharap pemerintah selalu aktif memantau kesediaan gas melon untuk usaha kecil, termasuk warteg. Ia pun meminta pemerintah untuk lebih sensitif kepada nasib rakyat kecil dengan menurunkan harga sembako. "Di masa daya beli belum pulih, kok pemerintah malah menambah beban jika ada kelangkaan stok gas 3 kg," sambung Mukroni.

Pasca kenaikan harga pada Minggu (11/7), harga isi ulang elpiji non subsidi di Ibu Kota Jakarta berkisar Rp 100 ribu per tabung, untuk ukuran 5,5 kg, sedangkan Rp 213 ribu untuk tabung 12 kg. Harga tersebut melonjak dari Rp 88 ribu untuk elpiji 5,5 kg dan Rp 187 ribu untuk elpiji 12 kg. Berdasarkan data Pertamina, porsi penggunaan gas subsidi mencapai 93 % per Januari 2022. Sementara, sisa 7 % adalah penggunaan gas non subsidi.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...