Instagram Luncurkan Fitur Baru Anti-retas untuk Tekan Risiko Penipuan
Platform media sosial Instagram meluncurkan fitur baru yakni security checkup untuk mencegah terjadinya peretasan akun. Melalui fitur itu, pengguna akan diarahkan secara otomatis oleh Instagram untuk memulihkan akun yang telah disusupi peretas.
Mengutip Phone Arena, saat akun pengguna mengalami peretasan atau rentan disusupi orang, fitur itu akan meminta pengguna melakukan semua langkah yang diperlukan untuk mengamankan akun. Setelah diarahkan, pengguna diminta melakukan pemeriksaan.
"Ini termasuk memeriksa aktivitas masuk, meninjau informasi profil, serta mengonfirmasi akun yang membagikan informasi," kata Instagram dikutip Rabu (14/7).
Kemudian, pengguna akan diminta oleh fitur itu untuk memperbarui informasi kontak pemulihan akun seperti nomor telepon atau email. Setelah mengikuti semua perintah yang digerakkan fitur itu, akun pengguna bisa kembali pulih.
Selain itu, platform besutan Facebook itu juga memberikan imbauan beberapa hal kepada penggunanya. Salah satunya, pengguna diminta untuk menerapkan atau mengaktifkan mode two factor authentication (2FA). Mode tersebut diklaim bisa mengurangi kemungkinan akun pengguna diretas. Pengguna bisa mendapatkan dua lapis keamanan saat peretas mencoba menyusupi akunnya.
Untuk mengaktifkan mode tersebut, pengguna bisa masuk ke menu profil. Lalu ada pilihan setelan. Klik pilihan itu dan pengguna bisa memilih setelan keamanan. Pada pilihan keamanan terdapat opsi terkait 2FA, lalu aktifkan.
Selain itu, Instagram juga mengimbau pengguna untuk berhati-hati dengan pesan langsung atau direct message yang mengatasnamakan Instagram. Menurut perusahaan, salah satu cara paling umum dalam upaya peretasan adalah meniru cara Instagram dan berpura-pura bekerja untuk platform tersebut.
"Mereka akan memberi tahu Anda bahwa akun Anda berisiko diblokir atau melanggar kebijakan lalu meminta konfirmasi akun," kata Instagram.
Kemudian, apabila terdapat hal-hal yang mencurigakan, pengguna Instagram diimbau melaporkannya di platform.
Februari lalu, induk Instagram, Facebook juga mengungkapkan adanya modus dari peretas untuk mendapatkan data pribadi pengguna Instagram. Peretas itu mengirim email secara massal dan mengaku sebagai Instagram.
Calon korban kemudian diarahkan untuk memulihkan akun dengan cara mengeklik tautan (link). "Bisa jadi (tautan) itu memuat serangan phishing atau penipuan untuk mendapatkan informasi pribadi Anda," kata Facebook dalam siaran pers, Februari lalu.
Penipu mengelabui pengguna untuk mendapatkan informasi pribadi, termasuk kata sandi dan data kredensial seperti akun finansial.
Facebook mengatakan, pelaku berusaha membuat email terkesan resmi dari perusahaan dengan menambahkan logo. “Bagi sebagian orang ini sulit untuk mengidentifikasi email asli dan palsu,” katanya.
Oleh karena itu, pengembang platform media sosial tersebut mengimbau pengguna mengecek terlebih dulu keaslian pesan sebelum mengikuti arahan penipu. Caranya, masuk ke bagian pengaturan di aplikasi. Kemudian pilih ‘keamanan dan login’.
Sebelumnya, laporan The International Criminal Police Organization (Interpol) 2020 menunjukkan bahwa Asia Tenggara menjadi sasaran penjahat siber dengan modus phishing. Perusahaan yang diincar yakni sektor keuangan, penyedia layanan email dan internet.
Indonesia menjadi target tertinggi selama semester I 2019, dengan 31,07% upaya phishing. Disusul oleh Singapura (30,21%), Malaysia (15,16%), Filipina (13,23%) dan Thailand (7,41%).