Perjalanan Seabad NU Menjadi Organisasi Islam Indonesia

Intan Nirmala Sari
1 Februari 2023, 19:45
seabad NU
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj menyampaikan pidato kebudayaan saat Harlah ke-91 Nahdlatul Ulama di Jakarta, Selasa (31/1). Harlah tersebut mengangkat tema Budaya Sebagai Infrastruktur Penguatan Paham Keagamaan.

Kehadiran organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama tahun ini resmi menyentuh 100 tahun. Dalam perjalanan seabad NU turut mengaitkannya dengan didirikannya Persatuan Islam atau Persis pada Februari 1923 di Bandung.

Sejak saat itu, para anggota organisasi mulai mengungkapkan pandangannya dalam semangat Islam tradisional. Pada saat yang sama, persatuan Islam dapat memenangkan empati banyak intelektual Islam. Alhasil, organisasi itu memiliki pengaruh kuat terhadap pembentukan ideologi keagamaan masyarakat Islam Indonesia sejak 1923. 

Melansir laman Gramedia.com, berdasarkan sejarah NU, organisasi tersebut telah memantapkan dirinya sebagai pengawas tradisi, dengan mempertahankan empat mazhab Syafi’i. Di samping itu, NU juga memberikan perhatian khusus pada bidang- bidang yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi, seperti kehidupan pemilik tanah dan para pedagang.

Eksistensi seabad NU menjadikannya salah satu organisasi masyarakat terbesar di Indonesia dari komunitas Islam. Ditambah lagi, NU kerap menekankan pentingnya menjaga dan menghormati kekayaan budaya nusantara. Hal itu terinspirasi dari tudingan terhadap Wali Songo yang berhasil “menghubungkan” bidang agama (Islam) dengan budaya.

Selain menjadi organisasi Islam, perjalanan seabad NU turut diwarnai aktivitas lain, termasuk menjalankan badan amal yang mengelola pondok pesantren, sekolah, perguruan tinggi dan rumah sakit. NU juga mengorganisir masyarakat untuk membantu peningkatan kualitas umat Islam.

PRESIDEN HADIRI FESTIVAL TRADISI ISLAM NUSANTARA
PRESIDEN HADIRI FESTIVAL TRADISI ISLAM NUSANTARA (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/hp.)

Fase Perkembangan Seabad NU

Dalam sejarah bangsa Indonesia terdapat tiga kelompok kekuatan yang berkembang secara bersamaan. Itu termasuk munculnya elite baru bersumber dari Islam modern dan Islam tradisional. Pada tahap ini, modernisasi Islam untuk berbagai agama mulai menyebar dan diterima secara luas, hampir di semua kota besar Indonesia, termasuk desa- desa kecil di pelosok Indonesia.

Melansir Gramedia.com, sejak awal 1980-an sebelum berdirinya jam’iyah Nahdlatul Ulama pada 1926, Kay H. Hasyim Asyari melarang salah satu muridnya yang paling cerdas, KH. Wahab Hasbullah untuk berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan dan sosial keagamaan Kelompok Modernisasi Islam. Pemikiran Islam modern tentang gerakan Muhammadiyah dianggap tidak terpengaruh sampai kematian pendiri Muhammadiyah Kyai H. Ahmad Dahlan pada 1923.

Idealisme paling mendasar dari Islam tradisional ada pada tahap awal gerakan Islam modern, yakni adanya tekanan yang ditempatkan pada revitalisasi sosial, ekonomi dan politik. Mungkin itu sebabnya gerakan itu tidak dianggap sebagai ancaman bagi posisi para pemimpin Islam tradisional.

Awal abad 20, dengan dukungan Kyai dan Ulama, Kyai Abdul Wahab Hasbro menyelenggarakan Islam tradisional dan didirikan pada 1912 di Surakarta oleh Ikatan Pedagang Muslim. Dia juga aktif dalam Syarikat Islam (SI).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...