Setengah dekade lalu, Bumi Kenambai Umbai berhasil mendobrak dinding penghalang akses internet melalui ide putra asal Kampung Genyem, Gustaf Griapon. Dengan berbekal wajan yang biasa dipakai untuk memasak, sinyal internet bisa dipancarkan dan dipergunakan dengan baik oleh warga Kabupaten Jayapura.

Ide itu muncul kala Gustaf menjalani ujian Pendidikan Latihan Pemimpinan atau Diklatpim tingkat tiga. Pada Senin 25 September 2017, Gustaf mengirim pesan singkat kepada sekretaris Kampung Pobaim untuk memasang perkakas masak yang telah dimodifikasi menjadi wajanbolic.

Wajanbolic e-goen merupakan antena nirkabel yang terbuat dari perpaduan wajan dengan paralon. Cara kerja wajan modifikasi tersebut mirip antena parabola, dengan menempatkan bagian sensitif antena pada titik fokus, sehingga mampu menangkap gelombang elektromagnet.

Hasil karya Gustaf ini membantu pemerataan layanan jaringan maya di Tanah Air, terutama di wilayah bagian timur. Dalam catatan Bank Dunia, akses internet di Indonesia memang belum merata hingga 2019. Masih ada kesenjangan koneksi internet bagi pengguna dewasa berusia 15 tahun ke atas di daerah perkotaan dan perdesaan, seperti tergambar dalam Databoks berikut ini.

Siapa sangka, alat masak bundar itu kemudian naik kelas menjadi antena murah meriah untuk menangkap gelombang radio 2,4 GHz. Selang seminggu sejak Gustaf mengirimkan pesan singkat, pada 5 Oktober 2017, manfaat internet sudah dirasakan warga Kampung Pobaim. “Saya bikin internet pakai Wajanbolic untuk mereka bayar pajak secara online,” kata Gustaf saat dihubungi Katadata.co.id, Rabu (18/5).

Tidak ada lagi perjalanan warga sejauh lima kilometer sembari membawa berkas laporan ke Kantor Distrik Nimboran hanya untuk membayar pajak. Mereka cukup duduk di kantor Kampung Pobaim, mengakses laman kantor pajak, dan mendapat kode pembayaran. Selanjutnya, warga bisa membayar melalui kantor pos atau Bank Papua terdekat.

Tak hanya itu, kaum muda akhirnya bisa mengikuti pendaftaran aparatur sipil negara atau ASN, yang hanya bisa diakses dari laman Sistem Seleksi Calon Aparatur atau SSCN.

Berkat ide itu pula Gustaf berhasil menjadi juara Diklatpim tersebut. Apalagi, pemakaian wajanbolic kian meluas. Target awal hanya menyasar lima kampung, kini tersebar di 55 kampung di Kabupaten Jayapura. Bahkan Gustaf memberi usaha lebih, dia membentuk aplikasi basis data bernama Sistem Informasi Kampung Kabupaten Jayapura (SIKAPUR). Dengan aplikasi ini, setiap kampung sudah memiliki alamat surel dan laman resmi masing-masing.

Pada 2018, Gustaf mulai mengajarkan warga sekitar untuk memaksimalkan fungsi SIKAPUR. Dia membentuk Komunitas Pace Mace Admin TIK atau Pemantik Kabupaten Jayapura, dan diresmikan Bupati Kabupaten Jayapura, Mathius Awoitauw pada 2020.

Melansir catatan Jubi, komunitas ini memiliki program kerja seperti pembuatan konten pendidikan, informasi, dan pelatihan di laman SIKAPUR. Termasuk di dalamnya pengajaran ilmu jurnalistik, kemitraan antar-lembaga dan humas, literasi, serta teknisi dan jaringan aplikasi.

Berangkat dari jabatan staf pada Dinas Informatika dan Komunikasi (Infokom), kini Gustaf duduk sebagai Kepala Dinas Infokom Kabupaten Jayapura. Dia juga diangkat menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Electronic Sport Indonesia (PB ESI) Papua hingga 2024 nanti.

Jalan Infrastruktur dan Penetrasi 

Dalam konteks pembangunan ekonomi digital, Chairman Yayasan Internet Indonesia, Jamalul Izza menilai upaya penetrasi infrastruktur saat ini dalam tahap paling awal, dari beberapa tahap yang diperlukan. Peningkatan ekonomi digital baru dapat terlaksana dan terakselerasi jika infrastruktur yang dibangun memadai untuk semua platform atau aplikasi. 

“Bukan hanya sekadar terkoneksi. Saat ini tidak memadai kuantitas dan kualitas kapasitas aksesnya untuk seluruh pengguna secara merata,” ujar Jamalul saat dihubungi Katadata.coi.id, Rabu (27/4).

Kontribusi Penetrasi Internet Indonesia
Kontribusi Penetrasi Internet Indonesia (Yayasan Internet Indonesia) 

Kualitas infrastruktur telekomunikasi bagi pembangunan ekonomi digital semestinya memadai, terjangkau harganya agar dapat berkesinambungan, dan merata di semua daerah. Penelitian Yayasan Internet Indonesia menyebutkan, rata-rata pengguna memerlukan minimal 2 Mbps untuk dapat menikmati seluruh platform.

Survei penetrasi internet yang diterbitkan lembaga tersebut pada 2021 juga memperlihatkan, dari 272,25 juta lebih populasi, baru 220,25 juta penduduk yang terkoneksi internet. Jumlah tersebut setara penetrasi 80,9 %, sedangkan 19,1 % penduduk belum terkoneksi.

Jaringan Internet
Jaringan Internet (Kominfo Kab.Jayapura) 

Survei tersebut juga menunjukkan, jumlah pengguna internet Tanah Air 2021 tumbuh 7,2 % dari tahun sebelumnya. Namun masih terdapat 51,9 juta lebih penduduk yang belum terkoneksi.

Di sisi lain, Jamalul mengatakan kehadiran proyek untuk daerah terdepan, terpencil dan tertinggal atau 3T dan non-3T dibuat untuk memberikan solusi jaringan di lokasi yang tidak memadai dari sisi skala ekonomi. Khususnya lokasi di mana industri tidak dapat menjangkau lantaran tidak menghasilkan puutaran ekonomi.

“Lokasi-lokasi tersebut akan sangat menggantungkan ketersediaan konektivitasnya kepada program pemerintah,” katanya.

Untuk itu, Yayasan Internet Indonesia memandang kualitas, kuantitas, dan kesinambungan konektivitas bergantung kepada ketersediaan anggaran pemerintah. Apalagi, lokasi-lokasi tersebut terletak pada geografis dan sebaran populasi yang luas. Ditambah lagi, jumlahnya belum mencapai skala ekonomi dari standar industri, sehingga ekonomi digital lambat bertumbuh di lokasi tersebut.

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement