Kawasan Industri di Jawa Tengah Masih Terkendala Suplai Gas
Sejumlah Kawasan Industri di Jawa Tengah mengalami kendala pasokan gas bumi, lantaran belum tersedianya pipa transmisi dari Cirebon ke Semarang.
Nihilnya jaringan pipa gas bumi menimbulkan kekhawatiran pasokan gas bumi terhambat ke Kawasan Industri Kendal dan Kawasan Industri Batang. Hal tersebut berimbas pada minimnya minat investasi di kawasan industri tersebut yang masih belum agresif.
Pembina Industri Ahli Madya Direktorat Industri Kimia Hulu Kementerian Perindustrian, Tri Ligayanti mengatakan, mayoritas investor yang akan menjadi penghuni kawasan industri masih menunggu kepastian pasokan gas dengan harga gas bumi tertentu (HGBT) senilai US$ 6 per juta British thermal unit (MMBTU).
“Kawasan industri baru di kawasan Semarang, Kendal, dan Batang banyak investor yang menanyakan soal kepastian untuk mendapatkan HGBT. Namun, di sisi infrastruktur kawasan industri baru ini terkendala belum adanya pipa transmisi dari Cirebon ke Semarang,” kata Tri Tri dalam Forum Diskusi Kebijakan Implementasi HGBT di Jakarta, Rabu (26/10).
Dalam paparannya, Tri menjelaskan ada empat kawasan industri yang akan dibangun di Jawa Tengah hingga tahun 2025. Pertama, ada Kawasan Industri Kendal yang diperkirakan akan dihuni oleh 62 perusahaan multi sektor dari kaca, keramik, tekstil, hingga makanan dan minuman. Kawasan industri tersebut ditaksir membutuhkan potensi gas sebanyak 1.266.751 MMBTU per bulan untuk alokasi 16 perusahaan yang menggunakan gas.
Kedua, Kawasan Industri Wijayakusuma yang terletak di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah, Semarang. Wilayah ini nantinya akan menjadi sentra industri semen, pengolahan limbah B3, foam, dan kuningan. Kawasan industri tersebut akan ditempati oleh 91 perusahaan, dengan 5 diantaranya merupakan perusahaan yang membutuhkan suplai gas dengan total 2.613,00 MMBTU.
Ketiga, ada Jatengland Industrial Park Sayung Demak akan menjadi tempat bagi 3 perusahaan industri logam, kimia, dan jasa. Satu diantaranya perusahaan tersebut membutuhkan suplai gas bumi sebesar 8.468,33 MMBTU per bulan.
Keempat, Kawasan Industri Bukit Semarang Baru (BSB) akan dihuni oleh 42 perusahaan industri logam, mesin dan otomotif, elektronik, dan makanan dan minuman. Sejauh ini, Kementerian Perindustrian mencatat ada satu perusahaan yang membutuhkan suplai gas bumi sebesar 1.180,20 MMBTU per bulan.
Berdasarkan hasil kajian Kementerian Perindustrian bersama dengan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI), permintaan gas bumi dalam negeri diproyeksikan naik dari 3.600 MMSCFD ke level 4.700 MMSCFD atau naik 30% sepanjang 2022 hingga 2030.
Permintaan akan gas bumi itu masih didominasi oleh wilayah Sumatra dan Jawa. "Pasokan gas bumi potensial dari timur sementara permintaan banyak di wilayah sumatera dan Jawa. Ini perlu pendukung infrastruktur," ujar Tri.
Di sisi lain, pasokan gas dari lapangan eksisting ataupun plan of development (PoD) turut mengalami peningkatan dari 3.578 MMSCFD ke level 5.146 MMSCFD. Mayoritas lapangan gas potensial berada di kawasan timur Indonesia.
“Industri-industri yang mulai berkembang di kawasan timur ingin mengganti energinya dari batu bara ke gas bumi, industri seperti di Morowali dan lainnya,” turur Tri.