Pertamina Akui Belum Bisa Izinkan Pertashop Jual Pertalite dan Elpiji
PT Pertamina mengaku belum bisa mengakomodir usulan pengusaha Pertashop yang meminta perseroan untuk mengizinkan penjualan elpiji dan bahan bakar minyak atau BBM bersubsidi.
Sebelumnya, pengusaha Pertashop meminta Pertamina untuk membolehkan mereka menjual elpiji tabung 3 kilogram (kg) bersubsidi hingga BBM Pertalite RON 90 dengan harga non-subsidi Rp 11.400 per liter.
Menurut Pertamina, bisnis kemitraan Pertashop ditujukan untuk menjual produk-produk energi non-subsidi, terutama BBM RON 92 Pertamax hingga wilayah perkampungan dan pelosok pedesaan.
Sekretaris Perusahaan Pertamina Parta Niaga, Irto Ginting, mengatakan perusahaan telah menerima dan mengapresiasi usulan para mitra bisnis Pertashop. Namun, ujar Irto, BBM Pertalite merupakan bahan bakar penugasan dan elpiji 3 kg adalah barang subsidi.
Dengan demikian, Pertamina harus menjaga penyaluran dua komoditas tersebut agar tepat jumlah dan tepat kuota.
“Sejak awal diluncurkan, Pertashop untuk menjual produk-produk energi non-subsidi,” kata Irto lewat pesan singkat pada Rabu (12/7).
Irto juga menyampaikan Pertamina berupaya untuk mendistribusikan elpiji bersubsidi 3 kg ke wilayah perkampungan dan pedesaan melalui program One Village One Outlet.
"Hingga Juni 2023, sudah ada 64 ribu desa dan kelurahan di Indonesia yang sudah memiliki pangkalan resmi elpiji 3 kg," ujar Irto.
Narasi mengenai usulan Pertashop untuk menjual Pertalite dan elpiji 3 kg digaungkan oleh mitra usaha Pertashop, yakni Paguyuban Pengusaha Pertashop Jawa Tengah dan Yogyakarta dan Himpunan Pertashop Merah Putih Indonesia (HPMPI).
Menurut mereka, kedua usulan kebijakan itu dapat menyelamatkan kinerja bisnis Pertashop yang merosot, imbas maraknya penjual Pertalite eceran dan disparitas harga jual Pertamax dan Pertalite yang mencapai Rp 2.500 sampai Rp 2.800 per liter.
Saat ini, pengusaha Pertashop mayoritas hanya menjajakan BBM non-subsidi Pertamax. Pertamina sebagai lembaga penyalur hanya mengizinkan mitra Pertashop untuk menjual produk non-subsidi, seperti Pertamax, Bright gas dan pelumas.
Dalam Audiensi dengan Komisi VII DPR pada Senin (10/7), Ketua Bidang Hukum Paguyuban Pengusaha Pertashop Jawa Tengah dan Yogyakarta, I Nyoman Adi Feri mengatakan pengusaha Pertashop bersedia untuk menjual BBM Pertalite pada kisaran harga Rp 11.200 sampai Rp 11.400 per liter. Angka itu lebih tinggi dibanding harga jual di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) senila Rp 10.000 per liter.
Dia menilai, implementasi rencana tersebut dapat menekan aktivitas penjualan Pertalite eceran secara bebas melalui skema Pertamini dengan rata-rata harga jual Rp 12.000 per liter.
Ketua Umum HPMPI, Steven, menganggap penetapan Pertashop menjadi agen elpiji 3 kg bersubsidi dapat menggerakan perekonomian pada tingkat desa.
Menurut Steven, distribusi elpiji bersubsidi 3 kg melalui Pertashop dapat mewujudkan program pemerintah soal penyaluran elpiji melon secara tepat sasaran. Penyataan itu berdasarkan pada lokasi Pertashop yang mayoritas berada di wilayah pedesaan dan perkampungan.
Pelaku usaha mengaku telah mengajukan proposal permintaan tersebut. Namun hingga sejauh ini, permohonan tersebut belum terealisasi karena kuota tabung elpiji melon sudah habis disalurkan kepada pangkalan yang sudah terdaftar. Kondisi tersebut menutup penambahan pangkalan baru.
"Apabila kami mendapat izin untuk menjual elpiji 3 kg, maka akan ada sinergi yang baik dengan pemerintah untuk penyaluran kepada yang berhak karena lokasi Pertashop dekat dengan masyarakat. Kami juga dapat penghasilan tambahan di sela-sela turunnya omset," kata Steven.
Lebih lanjut, Steven menceritakan kondisi terkini soal produk yang dijual oleh pelaku usaha Pertashop yang mayoritas hanya menjual produk tunggal BBM non-subsidi RON 92 Pertamax.
Meski mendapat rekomendasi untuk menjual bright gas dan pelumas, lokasi Pertashop yang berada di wilayah perkampungan menjadi tak relevan dengan pangsa pasar. Adapun harga isi ulang elpiji bright gas 5,5 kg dan 12 kg turun per 26 Juni 2023.
Pada produk bright gas 5,5 kg, harga isi ulang menjadi Rp 89.000 per tabung. Sedangkan untuk isi ulang produk bright gas 12 kg turun menjadi Rp 204.000. Nominal tersebut jauh lebih tinggi dari rata-rata tarif isi ulang elpiji 3 kg seharga Rp 21.000 sampai Rp 23.000 per tabung.
"Bright gas itu tidak laku. Bagaimana kami mau menawarkan produk untuk kalangan atas sementara lokasi Pertashop kami berada di daerah terpencil yang taraf ekonominya lebih rendah ketimbang masyarakat kota," ujar Steven.
Di sisi lain, Steven menjalaskan, anggota HPMI rata-rata dapat menjual 200 liter Pertamax per hari atau 6.000 liter bulan. Dengan harga jual Rp 12.400 per liter, pelaku usaha dapat memperoleh laba kotor Rp 5,1 juta dari hasil marjin perjualan Pertamax senilai Rp 850 per liter.
Dari omzet Rp 5,1 juta tersebut, pelaku usaha hanya menerima laba sejumlah Rp 1,2 juta per bulan setelah terpotong biaya operasional bulanan seperti upah operator, pajak reklamet, sewa tempat, hingga biaya listrik dan air. Akibat kondisi tersebut, HPMPI mencatat sebanyak 201 dari 518 pelaku usaha Pertashop yang terhimpun di HPMI merugi dan 66 terpaksa gulung tikar.