Usai Absen Jualan Nikel, PAM Mineral Cetak Laba Rp 21,5 M pada 2020
Perusahaan tambang nikel PT PAM Mineral Tbk (NICL) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 21,57 miliar sepanjang 2020, naik signifikan dibandingkan rugi bersih 14,06 miliar pada 2019, ketika perusahaan tidak membukukan penjualan.
Berdasarkan laporan keuangan, perusahaan mineral yang berdiri sejak 2008 ini membukukan penjualan mencapai Rp 188,02 miliar pada 2020. Pendapatan berasal dari penjualan nikel kepada PT Kyara Sukses Mandiri. Padahal, perusahaan tidak membukukan penjualan pada 2019 lalu.
Perusahaan harus menanggung beban pokok penjualan mencapai Rp 116,63 miliar pada 2020, sedangkan tahun sebelumnya tidak ada. Namun, PAM Mineral harus menanggung beban umum dan administrasi senilai Rp 20,64 miliar pada 2020, atau meningkat tipis dari beban pada tahun sebelumnya Rp 11,59 miliar.
Alhasil, PAM Mineral membukukan laba usaha mencapai Rp 45,84 miliar pada 2020. Sedangkan tahun sebelumnya tentu perusahaan membukukan rugi usaha Rp 16,5 miliar karena tidak mengantongi penjualan tapi menanggung beberapa pos beban.
Sekretaris Perusahaan PAM Mineral Suhartono mengatakan, perseroan yakin kinerja operasional pada 2021 akan lebih meningkat dibandingkan dengan periode 2020. "Selain itu kinerja operasional diperkuat oleh semakin meningkatnya harga nikel pada 2021 dibandingkan dengan tahun 2020,” katanya melalui siaran pers, Rabu (18/8).
PAM Mineral membukukan total aset mencapai Rp 189,71 miliar pada Desember 2020. Aset tersebut berasal dari aset tidak lancar yang senilai Rp 124,11 miliar dan aset tidak lancar yang mencapai Rp 65,59 miliar.
Sementara itu, untuk total liabilitas, perusahaan harus menanggung Rp 82,93 miliar. Liabilitas tersebut mayoritas jatuh tempo dalam waktu dekat yaitu mencapai Rp 78,37 miliar, sedangkan jangka panjang Rp 4,56 miliar.
PAM Mineral merupakan perusahaan yang baru melantai di pasar saham melalui penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) pada 9 Juli 2021. Saham PAM Mineral bergerak di harga Rp 154 per saham pada Rabu (18/8) atau meningkat 54% dibandingkan harga penawaran Rp 100 per saham.