Bank Mini Marak Rilis Saham Baru Kejar Aturan Modal OJK, Siapa Saja?

Image title
25 Agustus 2021, 18:34
bank, rights issu, OJK, aturan modal
Donang Wahyu|KATADATA
Petugas penukaran mata uang merapihkan uang yang hendak ditukar dengan mata uang asing di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta. Berdasarkan data Bank Indonesia, kurs tengah rupiah dipatok pada level Rp11.722 per dolar AS, melemah 0,14% dibandingkan

Bank mini dengan modal inti di bawah Rp 3 triliun tengah bersiap-siap untuk mencari modal tambahan untuk memenuhi ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak 2020 lalu. Mayoritas berencana menerbitkan saham baru dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue. 

OJK memberlakukan Peraturan Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum sejak 17 Maret. Sesuai ketentuan tersebut, bank wajib menaikkan modal inti  secara bertahap dari ketentuan awal Rp 100 miliar menjadi Rp 3 triliun secara bertahap hingga 2022. 

Advertisement

Tahun lalu, bank-bank dengan modal inti di bawah Rp 1 triliun sudah beramai-ramai memenuhi syarat modal inti minimal Rp 1 triliun. Berdasarkan statistik yang dimiliki OJK, saat ini sudah tidak ada bank yang memiliki modal inti di bawah Rp 1 triliun.

Untuk tahun ini, OJK menargetkan modal inti industri perbankan bisa dikerek menjadi minimal Rp 2 triliun. Namun hingga pertengahan tahun, masih ada sejumlah bank yang memiliki modal belum sesuai dengan target dari regulator.

Beberapa bank dengan modal inti mini pun melakukan berbagai aksi korporasi untuk memenuhi syarat OJK tersebut. Rata-rata bank menambah modal melalui skema penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu alias rights issue. Berikut deretan bank tersebut:

  1. PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA)

    Bank Capital berencana untuk melakukan penambahan modal melalui skema rights issue sebanyak-banyaknya 20 miliar unit saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Meski begitu, harga pelaksanaan penambahan modal tersebut belum dicantumkan sehingga belum bisa diperkirakan berapa Bank Capital bisa mengantongi tambahan modal.

    Untuk memperlancar rencana ini, Bank Capital pun meminta izin kepada pemegang saham untuk melakukan rights issue melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada Rabu (25/8).

    Berdasarkan keterbukaan informasi terkait rencana rights issue ini, Bank Capital berencana menggunakan dana untuk memperkuat struktur permodalan. Seperti diketahui, per 30 Juni 2021, modal inti Bank Capital masih Rp 1,51 triliun atau masih di bawah ketentuan yang ditetapkan OJK untuk tahun ini dan tahun depan.

    Rencana penambahan modal ini diharapkan dapat memperkuat struktur permodalan Bank Capital. Dengan demikian, bank dapat menambah kemampuan untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan usaha dan daya saing dalam bidang usaha jasa perbankan.

    "Seiring dengan bertumbuhnya kegiatan usaha dan meningkatnya kinerja perseroan, diharapkan dapat memberikan nilai positif bagi seluruh pemegang saham perseroan," demikian tertulis dalam keterbukaan informasi manajemen Bank Capital beberapa waktu lalu. 

    Sementara itu, untuk pemegang saham perseroan yang tidak menggunakan haknya, persentase kepemilikan sahamnya akan terdilusi sampai dengan sebanyak-banyaknya sebesar 73,86%. Saat ini, PT Inigo Global Capital memegang 14,71% saham bank, lalu PT Delta Indo Swakarsa punya 13,96%, Asuransi Simas Jiwa - Simas Equity Fund 2 sebesar 11,41%, dan masyarakat 59,92%.

    Bank Capital tengah menerapkan transformasi digital yang sudah dimulai sejak 2007, dimana saat itu bank meluncurkan kartu anjungan tunai mandiri (ATM) yang terkoneksi dengan jaringan ATM Bersama. Selang lama, pada 2018 bank luncurkan kartu ATM yang tergabung dengan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN).

    Pada 2019, Bank Capital meluncurkan internet banking dan mobile banking yaitu Capital Net, Capital Business Net, dan Capital Mobile. Pada tahun ini, Bank Capital sedang mempersiapkan peluncuran QRIS dan transaksi tanpa kartu.

  2. PT Bank Bumi Artha Tbk (BNBA) 

    Manajemen Bank Bumi Artha mengaku saat ini tengah dalam proses finalisasi rencana divestasi saham oleh pemiliknya. Proses divestasi tersebut merupakan strategi perusahaan untuk memenuhi ketentuan konsolidasi bank atau penambahan modal inti dari OJK."Secara paralel sedang dipersiapkan, sehingga diharapkan sebelum akhir tahun, Bank Bumi Arta dapat memenuhi ketentuan OJK tersebut," kata manajemen dalam paparan publik yang dikutip dari laporannya ke Bursa, Kamis (19/8).

    Sayangnya manajemen Bank Bumi Artha belum mau bicara siapa yang akan menjadi investor baru pemilik bank tersebut. Saat ini PT Surya Husada Investment memiliki 45,45% saham bank itu, lalu PT Dana Graha Agung punya 27,27%, PT Budiman Kencana Lestari punya 18,18%, dan masyarakat 9,1%.

    "Hari ini belum dapat diinformasikan karena masih dalam proses dan belum final. Diharapkan setelah selesai proses final konsolidasi tersebut, Bank Bumi Artha akan bisa lebih maju dan dapat berkiprah di dunia perbankan Indonesia," tulis keterangan tersebut.

    Berdasarkan laporan keuangan terbaru, per 31 Maret 2021 modal inti tier 1 Bank Bumi Artha senilai Rp 1,48 triliun. Artinya perlu tambahan modal lagi agar perusahaan memenuhi syarat OJK minimal modal inti Rp 2 triliun pada 2021.

  3. PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS)

    Bank Maspion berencana untuk melakukan penambahan modal sebanyak-banyaknya 2,28 miliar unit saham baru atau 33,97% dari total modal dengan skema rights issue. Nominal saham baru tersebut senilai Rp 100 per saham, tapi belum mencantumkan harga pelaksanaan berdasarkan prospektus ringkasnya.

    Rights issue ini rencananya digelar pada Juni lalu, tetapi bank milik pengusaha Alim Markus ini menunda. Pengumuman pada 12 Juli 2021 menyebutkan, memperpanjang masa penawaran awal karena ada perubahan atas hal-hal terkait struktur rights issue.

    Dana dari penerbitan saham baru ini akan digunakan 92% untuk memperkuat struktur permodalan Bank Maspion dalam meningkatkan penyaluran jumlah kredit atau pinjaman. Lalu, sekitar 8% sisanya akan dipergunakan untuk investasi di infrastruktur teknologi informasi.

    Bank Maspion memang perlu untuk menambah modal agar sesuai dengan ketentuan OJK pada akhir tahun ini. Pasalnya, berdasarkan laporan keuangan, modal inti tier Bank Maspion hanya Rp 1,24 triliun per 31 Maret 2021.

    Saat ini pemegang saham Bank Maspion adalah 62,01% oleh PT Alim Investindo, lalu Kasikom Bank Public Company Ltd sebesar 9,99%, PT Guna Investindo sebesar 5,87%, PT Maspion sebesar 12,46%, dan masyarakat memiliki 9,67%.

    Alim Investindo selaku pemegang saham utama sekaligus pengendali, berkomitmen akan melaksanakan haknya dalam jumlah sebanyak-banyaknya hak miliknya sesuai dengan porsi kepemilikan saham di Bank Maspion.

    Sementara, Alim Investindo, Maspion, PT Husin Investama, Maspion Investindo beserta dengan lima pemegang saham perorangan menandatangani perjanjian jual beli bersyarat dengan Kasikorn Vision Company Limited (KVision). Pemegang saham tersebut berencana menjual saham sebesar 30,01% kepada KVision.

    Jika pembelian saham tersebut telah terlaksana sepenuhnya, maka KVision akan melaksanakan seluruh hak miliknya dalam proses penambahan modal ini.

    Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement