Rugi Garuda Membengkak hingga Rp 23 T, Restrukturisasi Jadi Kunci

Lavinda
Oleh Lavinda
27 November 2021, 08:15
Garuda, Garuda Indonesia, BUMN
ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/rwa.
Pengunjung mengamati pesawat Garuda Indonesia bercorak khusus dengan visual masker pada moncong pesawat di Hanggar GMF AeroAsia Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (8/12/2020).

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan rugi bersih mencapai US$ 1,66 miliar atau sekitar Rp 23,5 triliun (kurs Rp 14.200/US$) sampai kuartal III 2021. Nilai itu membengkak dari kondisi periode yang sama tahun sebelumnya dengan catatan rugi bersih US$ 1,07 miliar atau sekitar Rp 15,1 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan, maskapai penerbangan milik negara itu membukukan pendapatan US$ 939,02 juta dalam sembilan bulan pertama tahun ini, atau menyusut 16,9% dari raihan omzet periode yang sama tahun lalu US$ 1,13 miliar.

Secara rinci, pendapatan berjadwal memberi kontribusi paling besar, yakni US$ 732,85 juta, meski angkanya menyusut 20,1% dari tahun lalu sebesar US$ 917,28 juta. Pendapatan tidak berjadwal tercatat naik 27,6% menjadi US$ 59,87 juta dari sebelumnya US$ 46,92 juta. Sementara itu, pendapatan lainnya tercatat turun 16% menjadi US$ 146,29 juta dari semula US$ 174,55 juta.

Dari pos pengeluaran, aktivitas operasional yang minim menyebabkan beban usaha menyusut 11,6% menjadi US$ 1,98 miliar dari US$ 2,24 miliar. Secara rinci, pengeluaran terbesar berasal dari beban operasional penerbangan mencapai US$ 1,11 miliar, beban pemeliharaan dan perbaikan US$ 446,07 juta, serta beban umum dan administrasi US$ 135,6 juta.

Selain itu, terdapat pula beban bandara US$ 120,68 juta, beban tiket, penjualan, dan promosi tercatat US$ 66,71 juta, bebal pelayanan penumpang US$ 64,21 juta, beban operasional hotel US$ 16,42 juta, beban operasional transportasi US$ 11 juta, dan beban operasional jaringan US$ 6,03 juta.

Kerugian emiten berkode saham GIAA ini berhasil dipangkas oleh keuntungan selisih kurs bersih yang tercatat US$ 25,63 juta, meski nilainya menyusut dari perolehan keuntungan sebelumnya US$ 83,32 juta.

Namun, perusahaan pelat merah ini mencatatkan beban keuangan sebesar US$ 434,5 juta, naik dari posisi sebelumnya US$ 313,42 juta. Alhasil, perusahaan mencatatkan rugi usaha US$ 1,34 miliar dari US$ 1,05 miliar.

Dari sisi laporan neraca, total liabilitas jangka pendek GIAA tercatat membengkak 23% menjadi US$ 5,28 miliar dari US$ 4,29 miliar. Kontribusi terbesar berasal dari liabilitas sewa yang mencapai US$ 1,94 miliar atau naik 29% dari posisi sebelumnya US$ 1,5 miliar.

Selain itu, terdapat pula pinjaman jangka pendek sebesar US$ 948,57 juta dari sebelumnya US$ 805,27 juta. Kontribusi terbesar ketiga yakni, utang obligasi sebesar US$ 494,39 juta dari semula US$ 492,07 miliar.

Sementara itu, liabilitas jangka panjang tercatat menyusut US$ 7,73 miliar dari posisi sebelumnya US$ 8,43 miliar. Kontribusi terbesar berasal dari liabilitas sewa US$ 3,95 miliar dan liabilitas estimasi biaya pengembalian dan pemeliharaan pesawat US$ 2,7 miliar.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...