Bumi Resources Kucurkan Belanja Modal Rp 190 Miliar ke Dua Anak Usaha

Andi M. Arief
14 Desember 2021, 21:01
Bumi Resources
ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/wsj.
Sebuah truk pengangkut batu bara melintasi jalan tambang batu bara di Kecamatan Salam Babaris, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, Rabu (7/7/2021).

PT Bumi Resources Tbk tidak menganggarkan belanja modal sebesar US$ 13,3 juta atau sekitar Rp 190,4 miliar (Asumsi kurs Rp 14.318/US$) pada tahun depan. Dana tersebut akan digunakan untuk kebutuhan dua anak usahanya, yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia. 

Direktur Bumi Resources R.A. Sri Dharmayanti mengatakan, belanja modal yang dialokasikan untuk KPC sebesar US$ 9,8 juta, sedangkan untuk PT Arutmin Indonesia US$ 3,5 juta.

Menurut Dharmayanti, perseroan optimistis kinerja operasional akan meningkat. Hal ini dicapai dengan memanfaatkan peluang harga batu bara yang masih di atas level US$ 100 per ton untuk menaikkan rasio kupasan atau stripping ratio.

Stripping ratio merupakan perbandingan jumlah tanah kupasan penutup batubara dalam satuan meter kubik padat yang harus dibuang untuk menghasilkan 1 ton batubara.

"Untuk menaikkan stripping ratio, perseroan sudah menggunakan kontraktor yang handal di KPC dan Arutmin, sehingga bisa mendukung produksi sesuai yang perseroan harapkan," kata Dharmayanti dalam paparan publik perseroan, Selasa (14/12). 

Hingga kuartal III 2021, stripping ratio Bumi Resources turun 7% secara tahunan dari 7,9 bank cubic meter per ton (Bcm/ton) menjadi 7,4 Bcm/ton. Secara rinci, rasio striping di KPC turun dari 8,9 Bcm/ton menjadi 8,6 Bcm/ton, sedangkan di Arutmin merosot dari 5,4 Bcm/ton menjadi 3,8 Bcm/ton. 

Pada 2022, perseroan menargetkan total produksi volume batu bara dapat mencapai 90 juta ton. Secara rinci, KPC ditargetkan dapat memproduksi sebanyak 61 juta ton, sedangkan di Arutmin sekitar 29 juta ton. 

Adapun, harga batu bara pada 2022 diramalkan akan terkoreksi, tapi masih di atas level US$ 100 per ton. Perseroan memproyeksikan harga batu bara akan akan bergerak di rentang US$ 140 - US$ 160 per ton. 

Di samping itu, permintaan batu bara dari China dan India dinilai cukup bagus pada tahun depan, seiring dengan membaiknya penanganan pandemi Covid-19 di dalam dan luar negeri. Permintaan batu bara juga akan didorong dari pembangkit listrik. 

"Harga oil and gas masih di atas US$ 30 per ton, sehingga ini mendorong pembangkit listrik beralih ke batu bara," kata Dharmayanti. 

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief
Editor: Lavinda
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...