Bank Jago dan Grab Jadi Anggota Baru Indeks MSCI Global
Saham emiten bank digital asal Indonesia, PT Bank Jago Tbk (ARTO) masuk ke dalam daftar MSCI Global Standard Indexes di bursa Amerika Serikat.
Indeks MSCI merupakan ukuran dari kinerja pasar saham di area tertentu. Indeks ini diterbitkan oleh Morgan Stanley Capital International atau MSCI Inc yang merupakan lembaga konsultan investasi berbasis riset yang menyediakan indeks, data, model analitis, dan penelitian bagi klien.
"Konstituen MSCI Global Standard Indexes mengalami perubahan yang akan berlangsung pada penutupan indeks 28 Februari 2022," demikian tertulis dalam pengumuman yang terbit di Jenewa, Swiss, Rabu (9/2).
Berdasarkan catatan MSCI, sebanyak 21 emiten baru akan masuk dalam Indeks MSCI, sementara 11 emiten akan dihapus dari indeks tersebut.
Emiten terbaru antara lain, Bank Jago dari Indonesia, Mitsui OSK Lines dari Jepang, Grab Holdings dari Singapura, dan Aercap Holdings dari Belanda.
Selain itu, di sejumlah negara, terdapat emiten baru pengganti emiten lama yang terhapus dari Indeks MSCI. Beberapa di antaranya adalah, dari Australia terdapat Mineral Resources sebagai emiten baru yang menggantikan Magellan Financial Group.
Dari Taiwan, terdapat E Ink Holdings yang menggantikan Wistron Corp. Di Saudi Arabia, terdapat Saudi RSCH and Media Group, menggantikan Saudi Cement. Di Amerika Serikat, terdapat Kimco Realty Corp menggantikan Oak Street Health. Selain itu, Petro Rio menggantikan Via di Brasil.
Dari Korea Selatan, terdapat dua emiten baru yakni, Meritz Financial Holding dan Meritz Fire & Marine Ins menggantikan Duzonbizon Co dan Shin Poong Pharma Co.
Dari China, bertambah 10 emiten baru yang masuk dalam Indeks MSCI yakni, China Ener Engr, China Res Micro, China Three Gor, CNGR Advanced, Daqin Railway, Gree Elect Appl, Lufax Holding, Ningbo Shanshan, dan Trina Solar.
Di sisi lain, MSCI Inc menghapus empat perusahaan asal Negeri Tirai Bambu dari indeks yakni, Agora, China Youzan, China Yuhua Education, dan Vnet Group.
Profil Perjalanan Bank Jago
Dalam kurun waktu singkat, pergerakan saham Bank Jago melesat tinggi. Berdasarkan data RTI, harga saham emiten berkode ARTO ini meroket 159% dalam kurun waktu satu tahun. Dalam perhitungan tiga tahun terakhir, harga saham perusahaan yang semula bernama Bank Artos ini bahkan melesat 2.233%.
Sebagai gambaran, harga saham terendah ARTO tiga tahun lalu tercatat Rp 610, harga saham terendah satu tahun lalu Rp 5.366, sedangkan harga terendah hari ini tercatat Rp 14.225.
Tak pelak, kapitalisasi pasar Bank Jago juga melesat tinggi ke level Rp 210 triliun, hingga berada di urutan lima besar emiten berkapitalisasi pasar tertinggi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Padahal, nilai pasar Bank Jago hanya sekitar Rp 46,68 triliun pada 30 Desember 2020 lalu.
Pergerakan harga saham Bank Jago tak terlepas dari aksi korporasi yang dilakukan pemilik baru perusahaan, Jerry Ng. Bankir kawakan ini mengubah nama Bank Artos menjadi Bank Jago, dan membawa cerita baru tranformasi digital perbankan yang semula konvensional tersebut.
Jerry Ng dan Sugito Walujo masuk menjadi pemegang saham sejak tiga tahun lalu. Berdasarkan dokumen Ringkasan Rancangan Akuisisi ARTO pada 22 Agustus 2019, Jerry dan Sugito mengambil alih 51 % kepemilikan saham Bank Artos dari keluarga Arto Hardy.
Aksi keduanya melalui PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) dan Wealth Track Technology Ltd (WTT). Di MEI, Jerry Ng merupakan pemilik sekaligus direktur utama. Dalam mengakuisisi Artos, PT MEI menggenggam 37,65 % dan WTT menguasai 13,35 %.
Akuisisi tersebut untuk mengembangkan platform teknologi digital dan menjadikan Bank Artos sebagai lembaga perbankan yang melayani segmen menengah bawah (mass market).
Lalu, Bank Artos resmi mengganti namanya menjadi PT Bank Jago Tbk atau Bank Jago pada tahun lalu. Mereka memindahkan kantor pusatnya dari Bandung ke Menara BTPN di Jakarta per 11 Juni 2020.
Berada di bawah kepemimpinan Kharim Indra Gupta Siregar sebagai Direktur Utama, Bank Jago gencar mengoptimalkan penggunaan teknologi. Perusahaan juga fokus melayani kebutuhan masyarakat dan mendukung pengembangan usaha mikro kecil dan menengah alias UMKM, ritel, hingga mass market.
Pada 2020, Gojek mengakuisisi 22 % saham Bank Jago untuk menyediakan layanan perbankan digital. Dengan begitu, pengguna Gojek dapat mengisi saldo lewat rekening Bank Jago.
Masih pada tahun yang sama, bank digital ini juga berkolaborasi dengan perusahaan pembiayaan dari Akulaku Group, PT Akulaku Finance. Dalam hal ini, Bank Jago menyalurkan kredit senilai Rp 100 miliar kepada para pengguna ke Akulaku Finance melalui skema channeling.
Kinerja bank ini juga makin membaik pada semester pertama 2021, yang sebelumnya cukup berat. Pendapatan bunga naik 289 % dari Rp 41,26 miliar menjadi Rp 160,47 miliar per Juni 2021.
Melansir laporan keuangan perusahaan, beban bunga meningkat 46,6 % menjadi Rp 21,4 miliar sehingga Bank Jago membukukan rugi operasional Rp 43,84 miliar. Namun capaian ini lebih baik dibandingkan rugi operasional 2020 sebesar Rp 50,94 miliar.