IHSG Sesi I Mulai Hijau, 50 Emiten Besar Diramal Naik Jangka Menengah
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali naik 0,92% atau 62 poin ke level 6.880 pada penutupan sesi I perdagangan saham Jumat (25/2) hari ini, setelah kemarin sempat bergerak ke bawah hingga level 6.817 atau menyusut 1,48%.
Pada pembukaan hari ini, indeks saham berada di level 6.825, dan bergerak pada rentang 6.882-6.822. Berdasarkan data RTI, investor mendagangkan saham dengan volume 14,2 miliar saham, sebanyak 973.480 kali transaksi. Pergerakan dana yang berputar mencapai Rp 8,5 triliun.
Sebanyak 339 saham emiten naik, 196 saham emiten menurun, dan 132 saham bergerak stagnan. Sampai sesi I perdagangan saham, total kapitalisasi pasar mencapai Rp 8.716,63 triliun.
M. Alfatih, Senior Technical Analyst PT Samuel Sekuritas Indonesia menilai gerak IHSG kemarin tertekan akibat perang dunia. Namun masih tertahan di support 6.800-6.750 dalam pola kenaikan sejak akhir Januari 2022.
"Sehingga indeks masih dalam pola uptrend (tren meningkat). Dalam jangka pendek, IHSG bisa ke level ke 7.000," katanya kepada Katadata.co.id, Jumat (25/2).
Menurut dia, dari 50 emiten berkapitalisasi besar dengan bobot 63% dari total emiten di pasar modal, seluruhnya sedang dalam pola kenaikan dalam jangka menengah. Penurunan IHSG kemarin hanya mengurangi bobotnya sebesar 0,8%, hal itupun hanya terjadi dalam jangka pendek.
Sebelumnya, Fikri C. Permana, Senior Economist PT Samuel Sekuritas Indonesia menilai efek perang Rusia dan Ukraina terhadap pasar modal Indonesia akan bersifat temporer. Bahkan, sektor komoditas nasional diperkirakan akan memperoleh dampak positif akibat suplai komoditas global yang terganggu kondisi tersebut.
Menurut dia, fundamental ekonomi Indonesia cukup baik, khususnya didorong pemulihan ekonomi. Hal ini terindikasi dari Indeks Kepercayaan Konsumen dan Penjualan Eceran pada Januari yang mencapai level tertinggi sejak awal pandemi.
"Dengan demikian, efek perang Rusia dan Ukraina terhadap pasar modal Indonesia akan bersifat temporer, dan lebih menyebabkan perilaku berhati-hati di pasar," kata Fikri kepada Katadata.co.id, Kamis (24/2).
Bahkan, menurut Fikri, invasi Rusia ke Ukraina akan menyebabkan suplai komoditas global terganggu. Hal ini berdampak positif pada peningkatan harga komoditas dan cukup menguntungkan bagi kondisi ekspor sektor komoditas dalam negeri.